KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Setelah menentukan tiga Strategic Business Unit (SBU) nya, PT Indofarma Tbk (INAF) optimistis kinerja perseroan bakal membaik di tahun ini. Manajemen membagi tiga SBU yang menjadi ujung tombak usaha perseroan yakni farmasi, produk herbal (natural extract) dan alat kesehatan (alkes). Dari sisi alkes, INAF baru saja menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan asal Korea Selatan bernama Korean Medical Devices Support Center (KMD Indonesia). Tujuan dari penandatanganan nota kesepahaman ini untuk menjajaki kemitraan usaha dalam rangka pemasaran, penjualan, distribusi dan produksi perakitan produk electromedical equipment di Indonesia. Baca Juga: Perkuat bisnis alat kesehatan, Indofarma (INAF) gandeng perusahaan asal Korea Arief Pramuhanto, Direktur Utama INAF menjelaskan lingkup kerjasama ini mencakup dua tahapan. Tahap pertama kerjasama pemasaran dan distribusi, tahap kedua baru dilakukan proses assembling produk atau lokalisasi produk yang diterima baik di tahap pertama. "Paling telat 2022 sudah punya komplek industri alkes sendiri," terang Arief usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan, Rabu (18/9). Sedangkan di sektor natural extract, perseroan sebenarnya telah memiliki kemampuan produksi hanya saja masih terbatas. Tidak hanya sekadar menyuplai kebutuhan obat herbal, INAF berencana juga menembus kebutuhan industri minuman lewat produk natural extractnya. Untuk itu manajemen tengah mengejar peluang Joint Venture (JV) yang ditargetkan terealisasi di 2020 nanti. Harapannya kontribusi sektor farmasi pelan-pelan digantikan oleh kedua sektor tersebut. Dimana Arief bilang diperkirakan kontribusi masing-masing dari alkes dan produk herbal ialah 20% sedangkan sisanya 60% dari produk farmasi di 2020 nanti. Baca Juga: Dua Emiten BUMN Ini Agresif Ekspansi ke Timur Tengah dan Afrika Sampai akhir tahun ini INAF belum melakukan ekspansi besar-besaran, tampaknya perusahaan menunda beberapa rencana proyek sampai tahun depan. Sebab untuk capital expenditure di tahun ini saja yang semula dianggarkan Rp 100 miliar baru terserap Rp 10 miliar sampai Agustus ini. "Untuk JV tahun ini masih beresiko. Ketimbang investasi besar-besaran kami fokus bangun market," terang Herry Triyatno, Direktur Keuangan INAF ditemui dikesempatan yang sama. Alhasil manajemen cuma mematok penggunaan capex sampai akhir tahun kisaran Rp 15 miliar saja. Soal target tahun ini, perseroan masih optimistis menembus revenue Rp 1,7 triliun. Sementara di tataran laba bersih, Herry yakin perusahaan dapat membukukan bottomline biru sekitar Rp 6 miliar.
Rancang ulang strategi, INAF tak ingin investasi besar-besaran
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Setelah menentukan tiga Strategic Business Unit (SBU) nya, PT Indofarma Tbk (INAF) optimistis kinerja perseroan bakal membaik di tahun ini. Manajemen membagi tiga SBU yang menjadi ujung tombak usaha perseroan yakni farmasi, produk herbal (natural extract) dan alat kesehatan (alkes). Dari sisi alkes, INAF baru saja menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan asal Korea Selatan bernama Korean Medical Devices Support Center (KMD Indonesia). Tujuan dari penandatanganan nota kesepahaman ini untuk menjajaki kemitraan usaha dalam rangka pemasaran, penjualan, distribusi dan produksi perakitan produk electromedical equipment di Indonesia. Baca Juga: Perkuat bisnis alat kesehatan, Indofarma (INAF) gandeng perusahaan asal Korea Arief Pramuhanto, Direktur Utama INAF menjelaskan lingkup kerjasama ini mencakup dua tahapan. Tahap pertama kerjasama pemasaran dan distribusi, tahap kedua baru dilakukan proses assembling produk atau lokalisasi produk yang diterima baik di tahap pertama. "Paling telat 2022 sudah punya komplek industri alkes sendiri," terang Arief usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) perseroan, Rabu (18/9). Sedangkan di sektor natural extract, perseroan sebenarnya telah memiliki kemampuan produksi hanya saja masih terbatas. Tidak hanya sekadar menyuplai kebutuhan obat herbal, INAF berencana juga menembus kebutuhan industri minuman lewat produk natural extractnya. Untuk itu manajemen tengah mengejar peluang Joint Venture (JV) yang ditargetkan terealisasi di 2020 nanti. Harapannya kontribusi sektor farmasi pelan-pelan digantikan oleh kedua sektor tersebut. Dimana Arief bilang diperkirakan kontribusi masing-masing dari alkes dan produk herbal ialah 20% sedangkan sisanya 60% dari produk farmasi di 2020 nanti. Baca Juga: Dua Emiten BUMN Ini Agresif Ekspansi ke Timur Tengah dan Afrika Sampai akhir tahun ini INAF belum melakukan ekspansi besar-besaran, tampaknya perusahaan menunda beberapa rencana proyek sampai tahun depan. Sebab untuk capital expenditure di tahun ini saja yang semula dianggarkan Rp 100 miliar baru terserap Rp 10 miliar sampai Agustus ini. "Untuk JV tahun ini masih beresiko. Ketimbang investasi besar-besaran kami fokus bangun market," terang Herry Triyatno, Direktur Keuangan INAF ditemui dikesempatan yang sama. Alhasil manajemen cuma mematok penggunaan capex sampai akhir tahun kisaran Rp 15 miliar saja. Soal target tahun ini, perseroan masih optimistis menembus revenue Rp 1,7 triliun. Sementara di tataran laba bersih, Herry yakin perusahaan dapat membukukan bottomline biru sekitar Rp 6 miliar.