Randi Anto, Direktur Utama Jamkrindo yang disiplin menyisihkan penghasilan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sedari muda, Randi Anto sudah terpikir bagaimana membiakkan pundi-pundi simpanannya. Direktur Utama Perusahaan Umum Jaminan Kredit Indonesia (Perum Jamkrindo) ini sudah mengenal investasi sejak duduk di bangku kuliah.

Insting investasi Randi terbuka setelah melihat ledakan pembangunan properti di Semarang, di awal 1980-an. Pria kelahiran Semarang ini pun lantas ikut mencoba peruntungan di sektor properti.

Randi mulai membeli satu hunian kecil dengan modal pinjaman dari orang tua. "Sambil menunggu harga properti naik, saya sewakan rumah ke mahasiswa dari luar kota, sambil bisa untuk membayar angsuran KPR juga," kenang dia.


Setelah mulai bekerja, Randi mulai menyisihkan penghasilan ke dalam deposito. Maklum, saat itu produk investasi belum sebanyak sekarang. Randi berprinsip wajib menyisihkan penghasilan untuk mengantisipasi hal tak terduga dan persiapan masa pensiun.

Selain itu, Randi juga terus berinvestasi properti dengan memanfaatkan Kredit Pembiayaan Rumah (KPR). Ada dua cara Randi mendulang untung dari investasi properti. Pertama, merenovasi rumah dari pengembang untuk dijual kembali. Kedua, menyewakan properti tersebut sambil menunggu harga naik.

Randi aktif berinvestasi properti sekitar delapan tahun. Seiring bertambahnya penghasilan, pengalaman dan pengetahuan investasi, mantan Direktur Bank Rakyat Indonesia ini juga mendiversifikasi investasinya dalam bentuk saham. Perkenalan Randi dengan pasar saham terjadi saat BRI melepas saham perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada akhir 2003.

Biasanya lulusan St Louis University, Amerika Serikat ini mendekap saham sampai harganya terapresiasi naik. Beberapa sektor yang masuk dalam radar pengamatan Randi di antaranya sektor keuangan, agribisnis dan industri farmasi.

Harus disiplin

Randi cukup konservatif dalam berinvestasi saham. Dia bukan tipe yang gemar memelototi layar perdagangan untuk memanfaatkan kondisi pasar. "Kalau mau menganalisa saham, harus meluangkan waktu di akhir pekan untuk cari saham apa yang bagus," kata dia.

Ini salah satu strateginya untuk meminang saham bagus di harga terbaik. Saat kondisi pasar saham bergejolak, Randi tak ambil pusing. Sebab, semua portofolionya sudah berdasarkan analisa fundamental.

Disiplin jadi kunci utamanya berinvestasi saham. "Kalau sudah menetapkan batas atas dan bawah harus disiplin, jangan terlalu greedy saat harganya naik dan cut loss kalau sudah sampai di target batas bawah," kata pria yang baru jadi kakek ini.

Walaupun sudah mengenal saham, investasi terbesar Randi tetap dalam bentuk properti. Porsi investasinya di produk saham sekitar 30%. Sedang investasi di properti sebanyak 40% dan sisanya 30% dalam bentuk surat berharga.

Saat ini, portofolio investasi Randi di properti tak terbatas dalam bentuk rumah tapak. Sebab, harganya di wilayah strategis sudah cukup mahal. "Sekarang kalau investasi landed house terus akan semakin ke pinggir, butuh modal besar untuk beli yang di tengah kota," kata pria kelahiran 12 April 1961 ini.

Kebutuhan hunian di kota besar yang tinggi, membuatnya melirik apartemen sebagai diversifikasi produk investasi. Tak seperti hunian tapak yang punya opsi diperjualbelikan, Randi memilih menyewakan apartemen. Terlebih, karena pasar properti tengah loyo, pasar penyewaan properti lebih menguntungkan daripada jual-beli.

Di luar kedua produk itu, Randi juga mengantongi beberapa surat berharga yang memiliki imbal hasil menarik. Di samping itu, ia tetap menyimpan dana dalam bentuk deposito sebagai cadangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati