Rantai Pasok EBT untuk Pemulihan Ekonomi



KONTAN.CO.ID - Ketidakseimbangan ekosistem ekonomi di Indonesia, salah satu diantaranya terjadi akibat adanya kegagalan yang mengakibatkan hilangnya kemandirian dan ketahanan industri. Hal itu ketika industri di dalam negeri memiliki ketidakmampuan untuk tetap konsisten dalam menjaga stabilitas produksi, dan selalu memiliki reaksi negatif terhadap setiap guncangan termasuk berbagai akibat yang menyertainya.

Adopsi perhitungan pengeluaran biaya minimal dan efisien selalu berlaku pada setiap sistem penciptaan dan operasionalisasi industrial zone di Indonesia. Akibatnya sistem operasionalisasi tersebut berdampak terhadap tingginya biaya logistik saat berlangsungnya proses pendistribusian hasil industri menuju pasar ekspor - impor.

Perlunya penataan ulang sistem logistik pada industrial zone yang telah tumbuh dan berkembang di Indonesia ke dalam tata ruang wilayah yang memadai terutama di Pulau Jawa, bertujuan agar sistem logistik dan distribusi beroperasi secara efisien.


Paradigma ini akan mendorong para teknokrat untuk lebih berperan dalam meningkatkan kapasitas ilmu pengetahuan sistem produksi yang ramah lingkungan, membuat formulasi bisnis model yang tepat, serta mengawal sistem inovasi yang sesuai untuk menjaga keberlangsungan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Terutama EBT di dalam bauran energi nasional secara lebih optimal, sehingga tradisi turun temurun dalam menciptakan pola keseimbangan antara energi dan industri dapat diintegrasikan pada seluruh variabel pertumbuhan ekonomi. Selain itu tetap memberikan perhatian secara khusus terhadap degradasi lingkungan hidup dan efek gas rumah kaca yang diakibatkan oleh buruknya kualitas udara di kawasan padat industri saat ini.

Rekonsiliasi ini memerlukan di berbagai kebijakan pemerintah, termasuk kebijakan pemanfaatan EBT. Oleh karena itu ritme keseimbangan pasokan energi EBT terhadap Industri harus tersusun objektif di dalam satu rancangan model ekonomi makro. Dengan cara ini bisa menghitung prediksi kebutuhan jumlah total EBT di dalam neraca ketahanan dan kemandirian energi yang memungkinkan untuk menciptakan keseimbangan dalam menjaga ketersediaan pasokan energi bagi industri sehingga berdampak signifikan terhadap pertumbuhan dan pemulihan ekonomi negara.

Bagaimana memanfaatkan EBT di dalam skema tersebut? Pada umumnya pembangunan sistem logistik dan pemanfaatannya tidak diciptakan menggunakan satu model yang sama. Justifikasi kawasan industri merupakan proses penting dan strategis yang berimplikasi pada ketertarikan entitas industri sebagai penyedia pasokan (supply), untuk memenuhi kebutuhan pelanggan (demand).

Salah satu proses yang digunakan untuk membangun Industrial Zone dengan sistem logistik dan operasionalisasinya secara lebih efektif dan efisien menggunakan skema Own Design Manufacturing (ODM), dengan mengutamakan keunggulan kompetitif, sesuai dengan tren ekonomi global, dan berbasis pada keunikan lokal.

Sistem logistik dan pemanfaatannya akan memainkan peran tidak hanya sebagai penciptaan produk inovatif, tetapi juga sebagai pintu gerbang ekspor produk industri nasional.

Oleh karena itu, diperlukan sistem dinamis Renewable Energy Supply Chain (RESC) dalam mengintegrasi pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) untuk mendukung manajemen Outpost Factory tersebut, agar seluruh pengaplikasian teknologi pada seluruh bisnis proses di dalam bisnis model yang akan disusun dapat dioperasionalisasikan dengan maksimal.

Sistem Dinamis

Di Indonesia, potensi sumber EBT tersedia di berbagai lokus, namun eksploitasinya baru sebatas energi terbarukan saja, seperti; panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut, yang notabene selalu fluktuatif terhadap kapasitas dan waktu operasi pembangkit.

Implementasi Renewable Energy Supply Chain (RESC) dalam skema Own Design Manufacturing (ODM) Outpost Factory Mode merupakan update dari sistem manajemen logistik global, dari berbasis konvensional (efisiensi) menjadi peningkatan sistem operasionalisasi logistik yang fleksibel dan berketahanan (resiliensi).

Implementasi RESC juga memiliki kemampuan dalam menyediakan pelayanan logistik global, utamanya kepada klien (customers) internasional. Kalkulasi Renewable Energy Supply Chain terhadap Sistem Dinamis Renewable Energy Supply Chain merupakan solusi dari seluruh permasalahan kapasitas maupun kehandalan pembangkit EBT, dalam rangka mencapai target pembangunan ekonomi. Dengan termanfaatkannya potensi maksimal EBT di dalam kawasan Outpost Factory, maka;

Pertama, kesadaran tentang pentingnya Industri berbasis konsep green-manufacturegreen-logistic system dan green-product, dengan mengoptimalkan pendekatan circular ekonomi sebagai salah satu upaya menjaga keberlanjutan dalam meningkatkan pengelolaan rantai pasokan energi terbarukan dari perspektif holistik melalui pendekatan aspek dinamis, sehingga langsung berdampak terhadap pemulihan ekonomi yang berkelanjutan.

Kedua, meningkatnya kinerja sumberdaya manusia di dalam kawasan mengikuti prinsip-prinsip tren ekonomi global, yaitu ketika; (1) struktur operasionalisasi Outpost Factory dapat mempengaruhi dan menentukan perilaku pasar, (2) memungkinkan Struktur sistem organisasi Outpost Factory yang didukung oleh teknologi soft variable (yaitu ketika pola komunikasi digital mempengaruhi pemahaman mendalam tentang perilaku konsumen di masa depan), dan (3) berdampak langsung dan mampu merubah perilaku mental pasar yang berlaku saat ini.

Lalu, bagaimana Implikasi Strategis pemanfaatan RESC? 

Sistem Integrasi green ecosystem dan circular ekonomi di dalam RESC memiliki peluang agar industri nasional dapat meningkatkan kapasitas produksi berbasis pada pelestarian lingkungan, memiliki kelayakan ekonomi jangka Panjang dan memiliki keberlanjutan di dalam interaksi global.

Dampak pemanfaatan RESC secara langsung memungkinkan terwujudnya peningkatan PDB nasional melalui; manfaat pajak, subsidi modal investasi, biaya tenaga kerja yang lebih kompetitif, dan lokus transportasi yang nyaman serta dekat dengan pasar, sehingga biaya produksi dan operasi menjadi lebih rendah dan dapat diukur, sehingga dalam proses pemulihan ekonomi nasional memerlukan Rekonsiliasi terutama dalam meningkatkan ketahanan energi berskala besar yang handal dan ramah lingkungan.

Penulis : Agus Puji Prasetyono

Anggota Dewan Energi Nasional (2020-2025), Dosen Universitas Negeri Yogyakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti