KONTAN.CO.ID - LONDON. Aktivitas manufaktur secara global mengalami pukulan berat akibat kendala rantai pasokan dan peningkatan beban biaya. Penutupan pabrik-pabrik di Asia akibat peningkatan kasus Covid-19 dan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi China menambah pukulan tersebut. Meskipun aktivitas manufaktur di negara-negara di mana kasus Covid-19 varian delta sudah mulai surut, namun pertumbuhan menyusut di beberapa negara karena kekurangan pasokan cip sementara mereka masih harus berjuang lepas dari pukulan Covid-19. Zona euro dan pertumbuhan manufaktur Inggris tetap kuat tetapi aktivitas mengalami masalah logistik, kekurangan produk dan krisis tenaga kerja yang kemungkinan masih akan berlanjut dan tekanan inflasi tetap terjaga.
"Meskipun beberapa hambatan akan segera mulai mereda, banyak sektor terutama yang membutuhkan semikonduktor, kemungkinan akan menghadapi gangguan untuk sebagian besar tahun 2022," kata Martin Beck, penasihat ekonomi senior untuk EY ITEM Club seperti dikutip
Reuters, Minggu (3/10).
Baca Juga: Pengiriman kendaraan Tesla mencapai rekor lagi di kuartal ketiga Data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur dari IHS Markit merosot ke level 58,6 pada September dari 61,4 Agustus. PMI Inggris turun untuk bulan keempat berturut-turut, turun menjadi 57,1 dari 60,3. Pabrik-pabrik di Jerman sebenarnya hampir tidak terganggu selama
lockdown. Namun, adanya kekurangan barang setengah jadi dan beberapa bahan mentah telah menghambat industri saat ini. Pertumbuhan manufaktur Prancis melemah sedikit lebih dari perkiraan semula karena masalah pasokan barang membebani industrinya. Kemacetan pasokan tersebut terus menekan biaya bahan baku yang dibutuhkan pabrik sehingga produsen meneruskan beberapa kenaikan tersebut kepada pelanggan. Indeks harga
output zona euro mendekati rekor tertinggi yang terlihat di musim panas. Inflasi Eropa melonjak ke level tertinggi 13 tahun di 3,4% bulan lalu, jauh di atas target 2,0% Bank Sentral Eropa. Pertumbuhan manufaktur di Amerika Serikat juga melemah bulan lalu. Melemahnya momentum ekonomi China memberikan pukulan baru bagi prospek pertumbuhan kawasannya. Indeks manufaktur China menunjukkan aktivitas pabrik negara itu secara tak terduga menyusut pada bulan September karena krisis energi.
Baca Juga: Utang luar negeri China tembus US$ 2,68 triliun Produsen di Jepang menghadapi tekanan dari pembatasan pandemi dan gangguan rantai pasokan yang meningkat serta kekurangan bahan baku dan penundaan pengiriman. PMI Negeri Sakura ini menunjukkan laju ekspansi paling lambat sejak Februari. Aktivitas pabrik Taiwan terus berkembang tetapi pada laju paling lambat dalam lebih dari setahun sementara indeks Vietnam tidak berubah. PMI Korea Selatan, India dan Indonesia naik "Sementara PMI regional menunjukkan bahwa gangguan dari gelombang virus besar di wilayah tersebut agak berkurang, pesanan yang tidak terpenuhi terus menumpuk, yang berarti bahwa kekurangan yang dihasilkan lebih lanjut di rantai pasokan akan tetap ada untuk beberapa waktu mendatang," kata Alex Holmes ekonom Capital Economics. Setelah dilihat sebagai pendorong pertumbuhan global, negara-negara berkembang Asia tertinggal dari ekonomi maju dalam pemulihan dari penderitaan pandemi karena penundaan peluncuran vaksin dan lonjakan kasus varian Delta merugikan konsumsi dan produksi pabrik.
Editor: Tendi Mahadi