MOMSMONEY.ID - Yuk, kenali apa itu
rape culture lebih jauh melalui artikel ini. Banyaknya kasus seperti pelecehan seksual dan pemerkosaan yang menimpa perempuan dan membuat banyak aktivis menyuarakan akan pentingnya menghentikan
rape culture. Istilah
rape culture sendiri adalah istilah sosiologi yang digunakan untuk menjelaskan suatu kultur atau budaya yang di mana pemerkosaan dan pelecehan seksual dinormalisasi dan dianggap seperti hal biasa.
Baca Juga: 6 Ide Self Care buat Orang-Orang Sibuk, Tak Perlu Keluar Biaya Juga lo Menurut Wikipedia, sikap yang biasa dikaitkan dengan
rape culture termasuk seperti menyalahkan korban, mempermalukan pekerja seks, meremehkan kasus pemerkosaan, dan menolak untuk mengakui sisi buruk dari pelecehan seksual. Istilah
rape culture ini sendiri mulai digunakan sejak tahun 1970an yang muncul di buku berjudul
Rape: The First Sourcebook for Women. Yang kemudian digali lebih dalam melalui film
rape culture di tahun 1975an.
Rape culture sendiri juga digunakan untuk menjelaskan sebuah kondisi dalam kelompok sosial yang melakukan pelecehan seksual. Termasuk di dalamnya pemerkosaan di penjara dan situasi perang yang memudahkan akses terjadi pelecehan seksual terhadap perempuan. Bagi korban yang merasakan efek dari
rape culture ini sendiri tentunya akan merasakan beberapa perasaan yang menderita dan terpuruk. Baca Juga:
5 Film Tentang Perjuangan di Quarter Life Crisis, Peralihan Usia Remaja ke Dewasa Seperti depresi dan stres karena trauma yang dialami karena rasa cemas dan takut akan kejadian yang mungkin menimpanya kembali. Gangguan tidur dan makan pun juga bisa saja terjadi karena ketakutan dan kecemasan yang dialami korbannya. Apalagi jika korban mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari lingkungan sekitarnya. Tak jarang bahkan korban akan memiliki tendensi untuk melakukan hal hal buruk seperti mengonsumsi obat-obatan terlarang hingga memiliki pikiran untuk mengakhiri hidupnya. Untuk mencegah terjadi dan berkembangnya
rape culture, maka diperlukan untuk membangun lingkungan yang memiliki konsen terhadap korban.
Baca Juga: Ternyata, Ini 5 Faktor yang Memengaruhi Besar Kecilnya Payudara Perempuan Dilansir dari laman
UN Women, pentingnya untuk menghentikan
victim blaming atau menyalahkan korban atas terjadinya perilaku pelecehan seksual juga harus dilakukan untuk mencegah berkembangnya
rape culture. Selain itu memiliki
zero tolerance atau nol toleransi pada siapa pun yang melakukan tindakan pelecehan seksual juga harus mulai ditegaskan. Baik dari kalangan masyarakat atau pemimpinnya.
Edukasi mengenai
rape culture juga harus mulai diberikan agar semua kalangan bisa memahami kondisi yang terjadi terkait
rape culture dan bagaimana cara untuk menghentikan perkembangannya. Nah, itulah tadi penjelasan singkat tentang apa itu istilah
rape culture yang penting untuk dipahami agar tidak dinormalisasi lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Christ Penthatesia