KONTAN.CO.ID - PT Barito Pacific Tbk (BRPT) kini tengah berusaha untuk melebarkan sayap di sektor energi. Selain tengah dalam proses kajian dalam rangka pengambilalihan perusahaan geothermal Star Energy, perseroan juga baru saja mendirikan anak usaha baru di bidang pembangkit listrik. Pada 18 Agustus lalu, BRPT mengumumkan lahirnya anak usaha baru yang diberi nama PT Indo Raya Tenaga. Anak usaha patungan dengan PT Indonesia Power ini dibentuk untuk menggarap proyek pembangkit listrik Jawa 9 dan Jawa 10. Dua pembangkit listrik berbahan bakar batubara tersebut diharapkan bisa menghasilkan listrik sekitar 2x1.000 megawatt. Sementara itu terkait akusisi PT Star Energy, Presiden Direktur BRPT Agus Salim Pangestu telah mengatakan perusahaan sudah melakukan pembayaran uang muka akuisisi sebesar US$ 300 juta menggunakan dana pinjaman perbankan. Perseroan menargetkan akuisisi 66,67 saham Star Energy ini bisa selesai paling lambat di kuartal I 2018. Taye Shim, Kepala Riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia melihat langkah BRPT untuk masuk ke sektor energi sebagai langkah positif untuk mengurangi ketergantungan pada anak usahanya PT Chandra Asri Tbk (TPIA). Melihat laporan keuangan pada kuartal I kemarin, terlihat TPIA menyumbang 98,52% terhadap pendapatan BRPT. “Pendapatan yang sangat bergantung pada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk menurut kami terlalu sensitif terhadap fluktuasi harga minyak,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (11/9). Sementara itu perusahaan geothermal dan pembangkit listrik dianggap cukup potensial meyangga volatilias yang timbul dari pergerakan harga minyak. Ia memperkirakan jika rencana diversifikasi ini sukses terwujud maka sektor energi akan menjadi kontributor terbesar pendapatan perusahaan. BRPT tak lagi bertumpu pada TPIA. Untuk mencapai pada taraf tersebut tidak bisa dicapai dalam waktu singkat. Dalam perhitungan Taye akusisi Star Energy ini baru akan rampung pada tahun 2018 nanti. Ditambah lagi proyek Jawa 8 dan Jawa 9 masih dalam proses perencanaan. Menurutnya sektor energi baru akan berperan terhadap kinerja BRPT dalam jangka panjang. Meski begitu Taye masih tetap optimis upaya diversifikasi bisnis BRPT ini akan membuahkan hasil. Sejauh ini rekam jejak perusahaan cukup sukses dalam melakukan akusisi. Tahun 2007 lalu BRPT berhasil mengambil alih PT Chandra Asri dan saat ini menjadi kontributor terbesar perusahaan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rapor Barito Pacific tertolong bisnis energi
KONTAN.CO.ID - PT Barito Pacific Tbk (BRPT) kini tengah berusaha untuk melebarkan sayap di sektor energi. Selain tengah dalam proses kajian dalam rangka pengambilalihan perusahaan geothermal Star Energy, perseroan juga baru saja mendirikan anak usaha baru di bidang pembangkit listrik. Pada 18 Agustus lalu, BRPT mengumumkan lahirnya anak usaha baru yang diberi nama PT Indo Raya Tenaga. Anak usaha patungan dengan PT Indonesia Power ini dibentuk untuk menggarap proyek pembangkit listrik Jawa 9 dan Jawa 10. Dua pembangkit listrik berbahan bakar batubara tersebut diharapkan bisa menghasilkan listrik sekitar 2x1.000 megawatt. Sementara itu terkait akusisi PT Star Energy, Presiden Direktur BRPT Agus Salim Pangestu telah mengatakan perusahaan sudah melakukan pembayaran uang muka akuisisi sebesar US$ 300 juta menggunakan dana pinjaman perbankan. Perseroan menargetkan akuisisi 66,67 saham Star Energy ini bisa selesai paling lambat di kuartal I 2018. Taye Shim, Kepala Riset PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia melihat langkah BRPT untuk masuk ke sektor energi sebagai langkah positif untuk mengurangi ketergantungan pada anak usahanya PT Chandra Asri Tbk (TPIA). Melihat laporan keuangan pada kuartal I kemarin, terlihat TPIA menyumbang 98,52% terhadap pendapatan BRPT. “Pendapatan yang sangat bergantung pada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk menurut kami terlalu sensitif terhadap fluktuasi harga minyak,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (11/9). Sementara itu perusahaan geothermal dan pembangkit listrik dianggap cukup potensial meyangga volatilias yang timbul dari pergerakan harga minyak. Ia memperkirakan jika rencana diversifikasi ini sukses terwujud maka sektor energi akan menjadi kontributor terbesar pendapatan perusahaan. BRPT tak lagi bertumpu pada TPIA. Untuk mencapai pada taraf tersebut tidak bisa dicapai dalam waktu singkat. Dalam perhitungan Taye akusisi Star Energy ini baru akan rampung pada tahun 2018 nanti. Ditambah lagi proyek Jawa 8 dan Jawa 9 masih dalam proses perencanaan. Menurutnya sektor energi baru akan berperan terhadap kinerja BRPT dalam jangka panjang. Meski begitu Taye masih tetap optimis upaya diversifikasi bisnis BRPT ini akan membuahkan hasil. Sejauh ini rekam jejak perusahaan cukup sukses dalam melakukan akusisi. Tahun 2007 lalu BRPT berhasil mengambil alih PT Chandra Asri dan saat ini menjadi kontributor terbesar perusahaan. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News