Rapor emiten Grup Bakrie masih merah



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten Grup Bakrie telah merilis kinerja keuangan semester I-2018. Sebagian di antaranya masih mencatatkan kerugian, bahkan mengalami defisiensi modal, akibat beban utang tinggi.

Salah satunya adalah PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR). Rugi bersih BNBR di semester I-2018 melonjak hampir empat kali lipat menjadi sebesar Rp 1,06 triliun. PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) juga masih merugi Rp 540,11 miliar. Angka kerugian BTEL tersebut menyusut 8,12% secara year on year (yoy).

Namun total defisiensi modal BTEL malah membengkak jadi Rp 14,69 triliun. Sementara itu, nilai defisiensi modal BNBR melambung dari Rp 6 triliun menjadi Rp 7,21 triliun.


Emiten Grup Bakrie lainnya, PT Darma Henwa Tbk (DEWA) juga mencetak kerugian US$ 2,13 juta di semester I-2018. Padahal di periode yang sama tahun lalu, emiten ini masih mencetak laba US$ 43.397.

Tapi, tak semua emiten Grup Bakrie mencetak kinerja buruk. PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) terlihat mulai mencatatkan perbaikan kinerja.

Laba bersih perusahaan properti ini melesat dari Rp 33,11 miliar menjadi Rp 3,02 triliun. "Ini karena ada keuntungan atas penyelesaian utang obligasi (equity link bond) sebesar Rp 3,07 triliun," kata Sekretaris Perusahaan ELTY Yudy Rizard Hakim kepada Kontan.co.id, Jumat (3/8).

Dengan selesainya restrukturisasi obligasi konversi, maka jumlah utang mengandung bunga turun 71%, dari Rp 5,76 triliun menjadi Rp 1,65 triliun. "Itu sekaligus meningkatkan kinerja keuangan ELTY selama enam bulan terakhir," jelas Yudi.

Berdasarkan final notice melalui Pengadilan Tinggi Singapura pada Maret 2018, seluruh utang dan kewajiban ELTY terkait skema restrukturisasi telah selesai. "Kami juga akan menyelesaikan proyek-proyek yang sedang berjalan, untuk mengejar target kinerja," ujar dia. ELTY bakal mengutamakan sumber permodalan baru ataupun menggandeng mitra.

Tetap cermat

Tapi, Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengungkapkan, investor masih perlu sabar menanti sampai pergerakan saham emiten Grup Bakrie lebih dinamis. "Dilihat dari teknikal, kalau volatilitas dan likuiditasnya menarik, maka bisa dicermati," kata Nafan kepada KONTAN.

Namun, ia menjelaskan, masih banyak harga saham emiten Grup Bakrie yang stagnan di Rp 50 per saham. Sehingga, sebaiknya investor wait and see terlebih dahulu.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, beberapa emiten Bakrie memang mulai berhasil merestrukturisasi utangnya. Namun, tetap saja perusahaan harus mampu memulihkan kepercayaan investor.

William menilai, ada beberapa saham Grup Bakrie yang masih layak untuk trading. "Prospek BTEL dan BNBR masih abu-abu, sementara saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) masih menarik karena terdongkrak oleh prospek batubara" kata dia.

William merekomendasikan investor untuk wait and see di saham BTEL. Sedangkan untuk saham BNBR, investor dapat beli di harga Rp 70. Ia juga merekomendasikan buy and hold saham BUMI di atas Rp 250, dengan target harga Rp 320 per saham.

Nafan juga cuma merekomendasikan saham Grup Bakrie untuk trading. Misalnya, saham BUMI yang bisa mulai akumulasi beli dengan target harga Rp 360, ENRG dengan target harga Rp 200, UNSP dengan target Rp 282 dan VIVA dengan target harga Rp 230 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati