KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga emiten yang masuk dalam induk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor pertambangan, kompak mencatatkan kinerja yang positif sepanjang enam bulan pertama 2021. Dimulai dari PT Bukit Asam Tbk (
PTBA) yang membukukan laba bersih senilai Rp 1,77 triliun di semester pertama 2021. Realisasi ini naik 38,04% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 1,28 triliun. Terpolesnya laba bersih emiten tambang batubara ini tidak terlepas dari naiknya pendapatan selama enam bulan pertama 2021. PTBA membukukan pendapatan bersih senilai Rp 10,29 triliun atau naik 14,2% dari pendapatan di semester I-2021 sebesar Rp 9,012 triliun.
Dari sisi volume, PTBA mencatatkan volume penjualan sebanyak 12,9 juta ton batubara di semester pertama 2021. Jumlah ini naik 3,2% dari penjualan di periode yang sama tahun lalu sebesar 12,5 juta ton.
Baca Juga: Window dressing sudah dimulai, simak saham-saham blue chip yang menarik diburu PT Timah Tbk (
TINS) juga berhasil memperbaiki kinerja
bottom line pada paruh pertama tahun ini. Emiten penghasil timah tersebut berhasil membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 270,09 miliar. Periode yang sama tahun lalu PT Timah mencatatkan rugi tahun berjalan Rp 390,07 miliar. Namun, pendapatan usaha TINS menyusut dari semula Rp 8,03 triliun di semester pertama 2020 menjadi Rp 5,87 triliun di semester pertama 2021. Hal ini seiring dengan penurunan volume penjualan timah TINS yang menurun sekitar 60% dari semula 31.508 ton menjadi 12.523 ton. Penurunan volume produksi dan volume penjualan terjadi di tengah harga jual rata-rata yang naik sekitar 69%, dari semula US$ 16.461 per metrik ton menjadi US$ 27.858 per metrik ton di semester I-2021. Emiten yang berbasis di Kepulauan Bangka Belitung ini juga berhasil menekan pengeluaran pada sejumlah pos beban.
Baca Juga: Saham perbankan kompak menguat, BMRI dan BBRI jadi top pick Sucor Sekuritas Terakhir, PT Aneka Tambang Tbk (
ANTM) juga berhasil mencetak kinerja memuaskan sepanjang enam bulan pertama 2021. Emiten pertambangan logam mineral ini membukukan pendapatan senilai Rp 17,27 triliun. Angka ini naik 87% dari realisasi pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 9,23 triliun. Melesatnya pendapatan ANTM bermuara pada naiknya
bottom line. ANTM berhasil membukukan laba bersih Rp 1,16 triliun di semester I-2021, berbanding dari realisasi
bottom line pada periode yang sama tahun lalu dimana ANTM masih menderita kerugian bersih hingga Rp 159 miliar. Analis Panin Sekuritas Timothy Wijaya menilai, kemungkinan besar kinerja emiten pertambangan pelat merah tahun ini akan jauh lebih baik dari tahun lalu. Proyeksi ini mengingat harga komoditas pendukung seperti timah, nikel, dan batubara yang sudah meningkat sangat signifikan hingga saat ini.
Baca Juga: PTBA: Progres PLTU Sumsel 8 Sudah 90% Di sisi lain, harga emas sebagai komoditas andalan ANTM memang diproyeksi akan menurun tahun ini. Harga emas relatif bakal melemah dengan adanya sinyal
tapering yang segera dimulai. Dia memproyeksikan harga emas berada di kisaran US$ 1.700- US$ 1.800 per ons troi tahun ini. Timothy memproyeksikan, terdapat kemungkinan porsi penjualan emas ANTM akan berkurang hingga akhir tahun. Apalagi pada awal tahun 2022, pabrik feronikel baru milik ANTM akan mulai beroperasi dengan kapasitas 13.500 ton feronikel per tahun. Sehingga, ini akan membantu meningkatkan penjualan dari segmen feronikel. Meski demikian, emas tetap akan menjadi sumber pendapatan utama untuk ANTM.
Baca Juga: Akan IPO setelah split-off, reorganisasi Inalum dari MIND ID masih tunggu PP Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati