Rapor kinerja emiten ritel semester I bervarisi



JAKARTA. Kinerja emiten ritel sepanjang Januari-Juni 2015 bervariasi. Laba emiten ritel yang menjual makanan dan minuman atau produk-produk fast moving consumer goods (FMCGs) mengalami penurunan. Namun, ritel non makanan justru menunjukkan peningkatan. PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 51,23 miliar per akhir Juni 2015. Angka ini merosot hingga 57,16% dibanding Juni tahun lalu yang mencapai Rp 119,59 miliar. Kenaikan pendapatan tidak mampu menopang lonjakan beban yang mengintai. Pendapatan bersih pemilik gerai Alfamart ini meningkat dari Rp 19,29 triliun menjadi Rp 22,41 triliun. Namun, beban penjulan dan distribusi perseroan membengkak dari Rp 2,8 triliun menjadi Rp 3,54 triliun. Beban umum dan administrasi juga melambung 19,66% menjadi Rp 447,55 miliar. Belum lagi biaya keuangan yang naik hingga 43,22% dari Rp 196,27 miliar menjadi Rp 280,73 miliar. Alhasil, tergerusnya laba tidak dapat terhindarkan. Merosotnya cuan juga terjadi pada pemilik gerai Indomaret, PT Indomarco Prismatama, entitas asosiasi PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET). Penjualan Indomarco pada semester pertama 2015 meningkat dari Rp 19,33 triliun menjadi Rp 22,72 triliun. Namun, laba tahun berjalan perseroan anjlok dari Rp 177,72 miliar menjadi Rp 112,38 miliar. Hal ini membuat bagian laba bersih Indomarco terhadap DNET ikut menyusut. DNET mengantongi bagian laba bersih dari Indomarco di kuartal II-2015 sebesar Rp 38,72 miliar. Perolehan ini menurun dari periode sama tahun lalu yaitu sebesar Rp 56,76 miliar. Sekedar informasi, DNET menguasai 40% saham Indomarco. Senasib, PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC) pun harus merasakan beratnya beban yang ditanggung sehingga laba menukik. Laba bersih perseroan di akhir semester I-2015 turun 33,9% menjadi Rp 5,79 miliar dari Rp 8,76 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Penyebabnya datang dari beban penjualan yang melejit dari Rp 110,25 miliar menjadi Rp 143,43 miliar. Begitu pula beban umum dan administrasi yaitu dari Rp 87,93 miliar menjadi Rp 102,21 miliar. Belum lagi beban keuangan yang juga naik dari Rp 4,11 miliar menjadi Rp 5,12 miliar. Buntutnya, pendapatan yang meningkat sekitar 19,08% menjadi Rp 933,04 miliar tidak bisa menahan merosotnya laba bersih. Rapor kinerja PT Hero Supermarket Tbk (HERO) lebih gawat lagi. Perseroan malah mencatatkan kerugian sebesar Rp 31,59 miliar di penghujung Juni 2015. Sebagai perbandingan, pada periode yang sama tahun lalu, perseroan mampu membukukan laba sekitar Rp 94,75 miliar. Stephane Deutsch, Presiden Direktur HERO mengaakan, profitabilitas perseroan terganggu akibat kenaikan upah minimum, peningkatan persediaan dan rasionalisasi gerai. Sepanjang 2015, perseroan telah menutup 63 gerai. Mayoritas gerai yang ditutup adalah Starmart, yaitu sebanyak 39 gerai. Terlebih, dari gerai yang ada, perusahaan tidak bisa mendulang cuan secara maksimal. Sementara itu, emiten ritel non FMCGs seperti PT Matahari Departement Store Tbk (LPPF) mampu mendongkrak laba bersih hampir dua kalilipat, dari Rp 361,72 miliar menjadi Rp 647,77 miliar. Anak usaha Grup Lippo ini berhasil meningkatkan pendapatan bersih dari Rp 3,32 triliun menjadi Rp 3,92 triliun. Di saat yang sama, manajemen bisa mengempiskan beban keuangan dari Rp 177,67 miliar menjadi tinggal Rp 41,3 miliar. Michael Remsen, CEO dan Vice President Director LPPF mengatakan, pertumbuhan penjualan dari gerai yang sama (SSSG) per akhir Juni tercatat sebesar 12,2%. "Ini pengaruh bergesernya periode lebaran," tuturnya. Selain itu, meningkatnya permintaan dari segmen menengah juga menjadi pendorong kuatnya penjualan perseroan. Selanjutnya, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) juga berhasil mengerek naik laba bersih dari Rp 242,98 miliar menjadi Rp 246,22 miliar. Semua beban meningkat kecuali beban keuangan yang menyusut dari Rp 17,48 miliar menjadi Rp 13,64 miliar. Perseroan berhasil memanfaatkan peluang dari bisnis lain sehingga pendapatan lain-lain meningkat dari Rp 25,55 miliar menjadi Rp 43,63 miliar. Pendapatan ini ditopang antara lain dari pendapatan kartu member, pendapatan servis, sewa, dan komisi pembelian. Laba bersih PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) juga naik sekitar 19,45% menjadi Rp 182,52 miliar. Hal ini lantaran perseroan berhasil mengantongi kenaikan pendapatan bersih sebesar 43,74% dari Rp 6,31 triliun menjadi Rp 9,07 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Havid Vebri