Rapor masih merah, Yahoo spin off saham Alibaba



SAN FRANSISCO. Yahoo Inc terus menata portofolio asetnya demi menyelamatkan neraca keuangan. Langkah teranyar, perusahaan pencari situs internet ini mengumumkan rencana untuk spin off saham senilai US$ 40 miliar di Alibaba Group Holding Ltd.

Chief Executive Officer (CEO) Yahoo Marissa Mayer mengambil cara ini lantaran ada dorongan dari para pemegang saham untuk mendapatkan uang tunai. Dengan spin off juga, Yahoo bisa menghindari pajak dengan nilai cukup besar.

Ke depan, Yahoo tidak lagi melakukan akuisisi besar dan lebih fokus menghidupkan kembali pendapatan iklan yang telah stagnan selama lima tahun terakhir. "Ini adalah langkah yang sangat berarti atas nama manajemen bagi pemegang saham. Artinya, pemegang saham akan mendapatkan uang dan manajemen Yahoo tidak akan menghabiskan uang," ujar Colin Gilis, analis BGC Partners mengutip Bloomberg.


Rencana spin off Yahoo ini dijadwalkan rampung pada kuartal IV tahun ini. Nantinya, sebuah perusahaan baru akan memiliki semua saham Yahoo di Alibaba dan tidak akan diwarisi dengan utang. Begitu spin off rampung, pemegang saham Yahoo bisa menguangkan saham Alibaba. Sedangkan, Alibaba, raksasa e-commerce asal China, bisa membeli keseluruhan saham dengan pajak yang lebih rendah dibandingkan harga saat ini.

Aksi korporasi ini mengerek harga perdagangan saham Yahoo hingga 10%. Walaupun telah melepas aset-asetnya di Asia, Yahoo masih mengantongi saham 35,5% di Yahoo Jepang. Dikutip dari Bloomberg, Yahoo tetap bersikap terbuka terhadap kepemilikan sahamnya di Jepang senilai US$ 7 miliar.

Kinerja keuangan Yahoo memang payah. Yahoo melaporkan di kuartal IV tahun lalu, kinerja memburuk. Di periode tersebut, penjualan termasuk pendapatan bersama dengan mitra turun 1,8% menjadi US$ 1,18 miliar dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan Yahoo dari iklan turun 5% menjadi US$ 464 juta di kuartal IV 2014. Sedangkan keuntungan yang diperoleh Yahoo mencapai US$ 30 sen per saham. Pada kuartal pertama tahun ini, Yahoo mengestimasikan pendapatan antara US$ 1,02 miliar hingga US$ 1,06 miliar. Angka itu lebih rendah dibandingkan proyeksi analis yakni US$ 1,1 miliar.

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie