Rapor perdana tim ekonomi kabinet



JAKARTA. Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) genap berumur 100 hari, pekan ini. Sepak terjang dan kinerja pemerintah baru terus disorot, termasuk tim ekonomi kabinet.

Kepala Ekonom BII Juniman, misalnya, menilai secara umum prestasi tim ekonomi Kabinet Kerja sudah lumayan. Dia bahkan memberi catatan spesial terhadap kinerja Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro karena tergolong di atas rata-rata anggota tim ekonomi yang lain. Juniman menilai Bambang cukup sigap terhadap tren penurunan harga minyak dunia, serta gapai meracik anggaran.

Kecepatan Bambang meracik Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015 di tengah konflik Koalisi Indonesia Hebat versus Koalisi Merah Putih, jadi penyokong nilai plus bagi Bambang. Sebab, "Ini jadi landasan kerja pemerintahan Jokowi," ujar Juniman, Rabu (28/1).


Karena itu, jika menggunakan skala skor 1 sampai 5, Juniman memberikan nilai 3,5 bagi kinerja Menkeu. Rapor Bambang bisa cum laude jika berhasil menyelesaikan dua soal ujian di depan mata, yakni upaya menggenjot setoran pajak, serta kesanggupan membawa ekonomi tetap tumbuh dan lepas dari gejolak ekonomi dunia.

Akan halnya kinerja Menteri BUMN Rini Soemarno, Juniman memberi nilai 3. Meski banyak terobosan, dia menilai Rini masih terlihat hati-hati mengambil kebijakan.

Ketua Umum Kadin, Suryo B. Sulisto juga mengaku puas dengan hasil kerja tim ekonomi kabinet dalam 100 hari pertama. "Saya berikan nilai 9 (1-10) karena berani menaikkan harga BBM," kata Suryo.

Tapi, Ekonom Indef, Enny Sri Hartati, menilai, kinerja menteri ekonomi Jokowi masih pas banderol, terutama Menteri Perindustrian Saleh Husin dan Menteri Perdagangan Rahmat Gobel. "Untuk Saleh, positioning belum jelas, apakah ke industri high tech atau lain," beber Enny.

Natsir Mansyur, Wakil Ketua Kadin bidang Pemberdayaan Daerah Tertinggaljuga tak puas karena pemerintah baru masih berkutat pada pemetaan dan belum bertindak.

Sementara Haryadi Sukamdani, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memberi nilai 3 pada tim ekonomi. "Pemerintah terlihat konyol menaikkan tarif pajak, tapi threshold diturunkan. Ini ngawur," katanya.

Sementara Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia menilai, kinerja tim ekonomi Jokowi membuat pasar gugup. Contohnya, penurunan harga semen dan elpiji 12 kilogram sempat membuat saham emiten di kedua sektor itu turun.

"Komunikasi Menteri BUMN dengan pasar kurang baik," kata Satrio. Berbeda dengan era pemerintah yang sudah-sudah, harapan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi-JK tampak begitu besar. Maklum, proses kelahiran rezim sekarang melalui proses persaingan yang sengit, keras dan boleh dibilang berdarah-darah. Oleh sebab itu, Satrio berharap Jokowi tak perlu gamang mengganti (reshuffle) anggota tim ekonomi kabinet yang tak berprestasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie