Raport semakin merah, GIAA yakin untung di 2015



JAKARTA. Kinerja maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) semakin memerah. Sampai kuartal ketiga, GIAA menelan kerugian sebesar US$ 219,54 juta. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, kerugian tersebut membengkak 1.362,62% dari US$ 15,01 juta. Padahal, pendapatan GIAA mampu tumbuh 4,08% dari US$ 2,68 miliar ke posisi US$ 2,8 miliar. Pendapatan penerbangan berjadwal berkontribusi terbesar dengan kenaikan 5,1% dari US$ 2,35 miliar menjadi US$ 2,47 miliar. Lalu pendapatan penerbangan tidak berjadwal tumbuh 19,03% dari US$ 89,99 juta ke posisi US$ 107,12 juta. Namun, pendapatan lainnya jatuh 8,81% dari US$ 241,68 juta menjadi US$ 220,38 juta. Beban usaha GIAA melambung 13,38% dari US$ 2,69 miliar menjadi US$ 3,05 miliar. Di situ, beban operasional penerbangannya naik 17,61% dari US$ 1,59 miliar ke posisi US$ 1,87 miliar. "Sebenarnya kerugian di kuartal ketiga sudah sangat berkurang. Kerugian terutama di kuartal pertama waktu low season dan investasi dari rute-rute baru belum menghasilkan keuntungan," ungkap Direktur Keuangan GIAA, Handrito Harjono, kepada KONTAN, Kamis, (13/11). Direktur Utama GIAA Emirsyah Satar menambahkan, kinerja GIAA sebenarnya mengalami perbaikan. Di bulan September, Garuda membukukan keuntungan US$ 22,1 juta. Adapun, pangsa pasar domestik GIAA naik dari 27,9% di Agustus tahun lalu menjadi 29,4% di Agustus tahun ini. Jumlah penumpang domestik GIAA bertambah 29,59% dari 9,8 juta menjadi 12,7 juta. Lalu jumlah penumpang internasional terkerek 0,3% ke posisi 2,9 juta. Terakhir, jumlah penumpang Citilink melesat 39,3% jadi 5,3 juta. Handrito berharap, kinerja GIAA akan membaik di tahun depan. Menurutnya, kondisi itu dapat terjadi apabila harga bahan bakar tetap melemah dan perekonomian Indonesia membaik. "Tahun depan rencananya profit," tandas Emir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan