MOMSMONEY.ID - Gangguan depresi (depresi postpartum) sangat mungkin dialami ibu sesudah melahirkan. Meskipun WHO menyebutkan, depresi merupakan gangguan mental yang umum, depresi tidak boleh disepelekan dan perlu ditangani segera. Sebagai informasi, baby blues dan depresi postpartum merupakan hal yang berbeda. Baby blues biasanya muncul dalam 203 hari setelah melahirkan dan berlangsung kurang dari 2 minggu. Artinya, sifatnya hanya sementara. Sedangkan depresi postpartum durasinya lebih dari 2 minggu. Depresi postpartum sering kali muncul di bulan pertama hingga tahun pertama setelah melahirkan. Perbedaan yang sangat penting, ibu yang mengalami baby blues, pikiran mengakhiri diri tidak ada, sedangkan depresi postpartum, ibu dapat berpikir untuk mengakhiri diri.
Dokter Cepi Teguh Pramayadi, Spesialis Obstetri dan Ginekologi RSUI menyebutkan, perubahan hormon 180 derajat pada ibu melahirkan dari sebelumnya hamil, berhubungan dengan postpartum blues. Setelah melahirkan, hormon esterogen, progesteron dan beta HCG akan menurun drastis, berganti dengan naiknya hormon prolaktin karena sudah waktunya untuk menyusui dini. “Penurunan hormon berpengaruh ke
mood swing ibu," kata Dokter Cepi, seperti dikutip dari rilis resmi RSUI. Namun, masa perubahan mood secara cepat tersebut biasanya berlangsung selama 6-8 minggu atau selesai masa nifas. Apakah berlanjut atau tidak, tergantung dari setiap individu. Perubahan mood bisa semakin parah jika tidak dikenali dan ditangani. Danti Filiadini, Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa RSUI bilang, depresi postpartum atau depresi yang terjadi setelah persalinan, sering kali kurang terdiagnosis dan tidak mendapat penanganan. “Kondisi depresi ini memengaruhi bagaimana seseorang merasakan, berpikir, dan melakukan sesuatu. Perasaan yang dialami tidak hanya sedih, bisa juga muncul lebih sensitif misalnya emosi lebih meledak-ledak, mudah marah, mudah tersinggung, atau justru menjadi apatis” jelasnya. Depresi postpartum sering berlanjut karena ibu yang baru melahirkan ada kecenderungan untuk menutupi apa yang dirasakan. Mungkin karena kurangnya dukungan dari orang di sekitarnya, atau lingkungannya kurang memadai. Kondisi ini dapat berdampak buruk bila dibiarkan, bahkan membahayakan keselematan ibu maupun anaknya. Gejala yang dapat dikenali dari seorang ibu mengalami depresi postpartum, antara lain mood depresif, hilang minat, insomnia atau hipersomnia, timbul perasaan tidak berharga atau bersalah, dan penurunan energi. "Bisa juga timbul pikiran untuk mengakhiri diri dan muncul pikiran terkait kematian yang berulang, gangguan konsentrasi atau sulit mengambil keputusan, dan adanya perubahan berat badan” papar dokter Danti. Dokter Danti menjelaskan, gejalanya bisa banyak, rasa ingin menyakiti merupakan salah satu dari gejala tersebut. Namun, tidak hanya satu gejala, perlu ada gejala-gejala lain yang timbul sehingga seseorang bisa dikatakan terdiagnosis depresi postpartum.
“Dengan terapi dan pengobatan kita harapkan bisa kembali ke kondisi sebelum mengalami depresi," kata dokter Danti. Karena itu, jika mendapati gejala berikut, jangan disepelekan dan segera mencari bantuan penanganan. Jika ingin berkonsultasi lebih lanjut terkait kasus depresi postpartum, dokter-dokter RSUI akan membantu memberikan saran medis di poli rawat jalan RSUI. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia