KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Beban operasional yang tinggi menyebabkan bank menjadi kurang efisien. Alhasil, hal tersebut berdampak pada penurunan profit sejumlah perbankan. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat rasio BOPO Bank Umum naik tipis secara tahunan (year on year/yoy) dari 78,65% menjadi 78,92% per Desember 2023. Kenaikan rasio tersebut disebabkan oleh naiknya beban operasional bank umum dari Rp 933,29 triliun menjadi Rp 1.141,73 triliun per Desember 2023. Meski demikian, angka rasio tersebut masih dikatakan ideal, mengingat Bank Indonesia (BI) telah menetapkan benchmark rasio BOPO ideal, yakni maksimal di angka 85%.
Dalam temuan Kontan, terdapat sejumlah bank yang sudah melampaui batas ideal rasio BOPO Bank Umum, bahkan juga berada di atas rasio BOPO rata-rata industri perbankan. Artinya bank ini bisa dikatakan tidak efisien dalam menjalankan operasionalnya.
Baca Juga: Meski Rasio Naik, Dividen Yield BCA Tampak Mini dan Kurang Menarik Di antara bank tersebut adalah PT Bank Commonwealth atau Commonwealth Indonesia yang mencatat rasio BOPO yang tinggi, yakni mencapai 154,17% per Desember 2023, naik dari posisi 122,93% per Desember 2022. Sejalan dengan itu rasio Cost to income (CIR) bank ini juga tinggi yakni mencapai 153,79%, naik dari posisi 111,21% per Desember 2022. Adapun berdasarkan laporan keuangan Commonwealth Indonesia, salah satu penyebab rasio BOPO dan CIR ini naik dikarenakan beban operasional yang meningkat 24,74% menjadi Rp 1,3 triliun pada tahun 2023, dari sebelumnya Rp 1,04 triliun pada tahun 2022. Selain Commonwealth Indonesia, ada PT Bank Neo Commerce Tbk (
BBYB) atau BNC yang juga mencatat rasio BOPO yang tinggi, yakni mencapai 112,27% per Desember 2023 lalu, meskipun angka tersebut telah menurun dari sebelumnya 127,28% per Desember 2022. Sejalan dengan itu Rasio CIR BNC juga tercatat menurun menjadi 41,52% per Desember 2023 dari sebelumnya 86,62% pada Desember 2022.
Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Amin Nurdin mengatakan, selain beban operasional yang tinggi yang menjadi penyebab utanya tingginya rasio BOPO, efek suku bunga tinggi juga menjadi salah satu penyebabnya. "Cost of fund juga berpengaruh terhadap rasio BOPO, sehingga selama bank-bank, terkhususnya bank digital juga yang kerap kasih bunga tinggi, tentu beban bunganya menjadi tinggi, dan salah satu pengungkit naiknya rasio BOPO," kata Amin kepada Kontan, Rabu (13/3). Di sisi lain, beberapa bank yang rasio BOPO naik pada tahun lalu adalah PT Bank UOB Indonesia yang naik menjadi 92,31% per Desember 2023, dari sebelumnya 87,74% per Desember 2022. Rasio CIR bank ini juga cukup tinggi yakni mencapai 77,39% per Desember 2023, naik dari 61,24% pada tahun sebelumnya. Ada juga PT Bank BTPN Tbk (
BTPN), yang rasio BOPO naik menjadi 83,83% per Desember 2023, dari sebelumnya 80,02% per Desember 2022. Rasio CIR juga ikut naik dari 54,96% menjadi 58,30% per Desember 2023. Jika melihat laporan keuangan BTPN tahun lalu, pencadangan yang tinggi (CKPN) masih menjadi salah satu penyebab naiknya beban operasional bank. Tercatat BTPN menaikkan pencadangannya dari Rp 2,59 triliun pada 2022 menjadi Rp 3,01 triliun pada 2023. Asal tahu saja, ketika bank membentuk cadangan untuk menghadapi risiko kredit, biaya ini termasuk dalam beban operasional. Sehingga jumlah pencadangan yang lebih tinggi akan meningkatkan beban operasional bank. Di sisi lain, ada PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang rasio BOPO naik tipis dari 86% menjadi 86,10% per Desember 2023. Corporate Secretary BTN Ramon Armando mengatakan kenaikan rasio BOPO yang sebesar 10 bps tersebut disebabkan oleh kenaikan beban bunga yang dialami BTN. Ramon merinci, beban bunga Bank BTN naik 36,4% yoy. "Namun kenaikan beban bunga ini masih dapat dijaga dengan baik, mengingat BI sendiri telah menaikkan suku bunga sebesar 250 bps atau tumbuh 71,4% sejak kenaikan pertama," kata dia kepada Kontan, Rabu (13/3). Dari sisi biaya operasional, Ramon menyebut beban operasional selain CKPN menunjukkan perbaikan dan turun 1,0% yoy pada 31 Desember 2023. Hal tersebut terjadi karena beberapa strategi efisiensi yang dilakukan BTN, yakni mencakup sentralisasi pengadaan, operasional dan human capital yang telah dilakukan. "Bank BTN akan terus mengupayakan rasio BOPO untuk terus dapat diturunkan. Pada tahun 2024, rasio BOPO ditargetkan berada pada range 85%, dan CIR akan dijaga pada rasio 44-45%," kata dia. Lebih lanjut Ramon membeberkan beberapa langkah yang akan dilakukan untuk mencapai tersebut, yakni dengan melakukan efisiensi dan sentralisasi pada beberapa komponen yang mencakup pengadaan barang dan jasa, operasional dan human capital. Selain itu, BTN juga memproyeksikan suku bunga BI akan mulai dapat diturunkan pada Semester II/2024, dengan hal tersebut akan berdampak pada peningkatan pendapatan operasional, yang akan berpengaruh pada perbaikan rasio BOPO. Di sisi lain ada PT Bank Permata Tbk (
BNLI) yang mencatatkan penurunan rasio BOPO pada tahun lalu, yakni dari 82,40% menjadi 81,70% per Desember 2023. Rasio dan CIR juga ikut turun dari 55,10% menjadi 51,50% per Desember 2023.
Baca Juga: Saham Bank Big Caps Tersengat Momen Dividen, Akankah Ada Peluang Kenaikan Lagi? Direktur Keuangan PermataBank Rudy Basyir Ahmad mengatakan, perserpan bakal terus berupaya melakukan efisiensi dalam menjalankan operasionalnya. Tak ayal PermataBank menargetkan penurunan rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan Cost to income (CIR) yang masing-masing akan ditekan pada kisaran 80% dan 50% tahun ini.
Demi terus menjaga level rasio CIR dan BOPO sesuai dengan peers di industri perbankan, salah satu upaya perseroan adalah dengan menjaga pertumbuhan pendapatan bank yang berkelanjutan, prudent dan efisien adalah dengan fokus terhadap pertumbuhan Fee Based Income dan terus menerapkan Balance Sheet Optimization. "Bank juga selalu menerapkan Cost Management yang disiplin, efisiensi operasonal yang dilakukan secara optimal, dan adaptasi kerja digital yang lebih agile," kata Rudy kepada Kontan, Kamis (14/3). Lebih lanjut Rudy menyebut PermataBank juga akan terus menjalankan prioritas yang berfokus kepada consumer-centricity dengan memperkuat deposit dan wealth franchise, menjadi mitra kerja ekosistem pilihan bagi pemain bisnis dan teknologi, dan menjadi yang terdepan dalam hal kepuasan pelanggan (NPS) di industri perbankan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari