Rasio klaim asuransi umum di 2017 akan turun



JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menilai klaim di industri asuransi umum makin stabil di 2017. Bahkan rasio klaim diprediksi lebih jinak ketimbang 2016.

Ketua Bidang Statistik AAUI Dadang Sukresna menyebut, potensi penurunan klaim rasio tahun ini didukung terpenuhinya sejumlah klaim besar di beberapa tahun belakang. Misalnya, klaim pesawat Air Asia yang hilang akhir 2014.

Dengan begitu, pertumbuhan klaim di tahun ini tak terlalu melonjak asal tak ada bencana katastropik yang terjadi pada 2017.


Dadang mengatakan, sejatinya rasio klaim mulai menurun sejak tahun lalu, yakni dari 48,8% pada 2015 menjadi 43,9% di tahun 2016. "Tahun ini kemungkinan di kisaran 41%-42%," kata dia.

Secara nominal, total klaim yang dibayar asuransi umum di tahun lalu menurun sebesar 5,6% secara year on year, yakni dari Rp 28,7 triliun menjadi Rp 27,1 triliun. Penurunan ini terpengaruh kinerja bisnis tumbuh tipis selama 2016.

Menurut Dadang, jenis klaim yang akan punya pengaruh cukup besar di tahun ini, yakni asuransi kendaraan. Hal ini tak lepas dari besarnya pangsa pasar lini otomotif yang berkontribusi besar dari total premi asuransi umum.

Lini bisnis lain yang harus diperhatikan oleh pelaku usaha adalah asuransi engineerging alias rekayasa. Ini karena di tahun lalu mencatatkan pertumbuhan kurang baik dari besaran claim ratio.

Sementara itu, lini bisnis yang tercatat mengalami penurunan klaim sepanjang 2016 adalah asuransi rangka pesawat. Klaim dari lini bisnis ini menurun 67,1%. Secara nilai, klaim lini bisnis ini anjlok dari Rp 1,2 triliun menjadi sekitar Rp 409,6 miliar.

Penurunan klaim yang besar juga terjadi di lini asuransi aneka yang susut 50,5% secara year-on-year (yoy) menjadi Rp 409,7 miliar. "Penurunan ini didorong asuransi alat berat yang permintaannya juga menurun," ujar Dadang.

Kondisi ekonomi global yang masih melambat pun disebut berdampak pada kegiatan ekspor impor. Begitu juga harga komoditas yang melemah ikut berdampak pada bisnis asuransi pengangkutan. Akibatnya, sepanjang tahun lalu klaim lini bisnis asuransi pengangkutan menurun 38,9% menjadi Rp 956,7 miliar.

Klaim dua lini bisnis asuransi terbesar, yaitu properti dan kendaraan bermotor, juga menyusut. Klaim lini asuransi properti tercatat menyusut 4% dari akhir 2015 menjadi Rp 6,4 triliun di 2016. Sementara klaim asuransi kendaraan melemah sebesar 6,3% secara tahunan. Per akhir 2016, industri asuransi umum merogoh kocek sebesar Rp 7,4 triliun untuk menyelesaikan kewajiban klaim di lini bisnis ini.

Secara komposisi, klaim dari lini asuransi properti dan kendaraan juga menjadi penyumbang terbesar. Perinciannya, asuransi kendaraan dan properti masing-masing berkontribusi sekitar 27,3% dan 23,9% dari total klaim yang dibayarkan.

Selain itu, kontribusi lain dari klaim asuransi kesehatan 12,6%, asuransi kredit 9,6%, asuransi energi dan rekayasa masing-masing menyumbang 5,7% dan 5,1%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini