JAKARTA. Rasio kredit bermasalah Bank Jawa Barat dan Banten (BJBR) selama semester pertama 2014 sebesar 4%. Rasio non performing loan (NPL) ini meningkat bila dibandingkan periode yang sama 2013 lalu yang sebesar 2,3%.Sekretaris Perusahaan BJBR Agus Mulyana menyatakan, penyebab kenaikan rasio kredit macet ini karena kredit mikro. “Kami sekarang sedang melakukan konsolidasi internal untuk memperbaiki NPL di sektor tersebut,” kata Agus pada KONTAN via pesan pendek, Kamis, (24/7).Berdasarkan laporan keuangan BJB di akhir semester I 2014, NPL kredit mikro paling lebih tinggi. Angkanya melonjak dari 6,9% di bulan Juni 2013 menjadi 18,9% per Juni 2014. Sementara volume penyaluran kredit mikro BJBR juga turun dari Rp 5,51 triliun menjadi Rp 5,07 triliun alias turun 8% secara year on year.Sebelumnya, Pemimpin Divisi Mikro BJBR Ita Garmetia menjelakan, kondisi ini disebabkan BJBR adalah pemain baru dalam bisnis mikro. Bank pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat dan Banten ini baru mulai menyalurkan kredit mikro pada 2011. Penyaluran secara ekspansif baru dilakukan setahun kemudian. “Sehingga masih banyak kekurangan yang kami miliki,” katanya.Kekurangan utama adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mengawasi dan melakukan analisis risiko dalam penyaluran kredit mikro. Akibatnya banyak proses penyaluran kredit mikro kepada sejumlah debitur yang dikemudian hari terbukti menuai masalah. “Ini yang membuat tingkat NPL kami kini menjadi tinggi,” ujar Ita.Ita optimistis seiring berjalannya waktu BJBR akan terus belajar memperbaiki kekurangan dalam penyaluran kredit mikro terutama rekruitmen dan pelatihan kualitas SDM tenaga pengawas kredit mikro. “Kami berharap NPL kredit mikro kami bisa turun sampai 12% di akhir tahun ini,” ucapnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Rasio kredit macet Bank Jabar Banten naik jadi 4%
JAKARTA. Rasio kredit bermasalah Bank Jawa Barat dan Banten (BJBR) selama semester pertama 2014 sebesar 4%. Rasio non performing loan (NPL) ini meningkat bila dibandingkan periode yang sama 2013 lalu yang sebesar 2,3%.Sekretaris Perusahaan BJBR Agus Mulyana menyatakan, penyebab kenaikan rasio kredit macet ini karena kredit mikro. “Kami sekarang sedang melakukan konsolidasi internal untuk memperbaiki NPL di sektor tersebut,” kata Agus pada KONTAN via pesan pendek, Kamis, (24/7).Berdasarkan laporan keuangan BJB di akhir semester I 2014, NPL kredit mikro paling lebih tinggi. Angkanya melonjak dari 6,9% di bulan Juni 2013 menjadi 18,9% per Juni 2014. Sementara volume penyaluran kredit mikro BJBR juga turun dari Rp 5,51 triliun menjadi Rp 5,07 triliun alias turun 8% secara year on year.Sebelumnya, Pemimpin Divisi Mikro BJBR Ita Garmetia menjelakan, kondisi ini disebabkan BJBR adalah pemain baru dalam bisnis mikro. Bank pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat dan Banten ini baru mulai menyalurkan kredit mikro pada 2011. Penyaluran secara ekspansif baru dilakukan setahun kemudian. “Sehingga masih banyak kekurangan yang kami miliki,” katanya.Kekurangan utama adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk mengawasi dan melakukan analisis risiko dalam penyaluran kredit mikro. Akibatnya banyak proses penyaluran kredit mikro kepada sejumlah debitur yang dikemudian hari terbukti menuai masalah. “Ini yang membuat tingkat NPL kami kini menjadi tinggi,” ujar Ita.Ita optimistis seiring berjalannya waktu BJBR akan terus belajar memperbaiki kekurangan dalam penyaluran kredit mikro terutama rekruitmen dan pelatihan kualitas SDM tenaga pengawas kredit mikro. “Kami berharap NPL kredit mikro kami bisa turun sampai 12% di akhir tahun ini,” ucapnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News