KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tingkat biaya kredit alias
cost of credit sejumlah bank berangsur turun. Penurunan biaya kredit seiring rasio kredit bermasalah alias
non performing loan (NPL) yang juga turun. Ambil misal di PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) yang mencatat biaya kredit sebesar 1,3% per September 2019, turun 10 basis poin secara tahunan atau
year on year (yoy). Biaya kredit BNI tersebut juga merupakan paling rendah sejak tahun 2016. Wakil Direktur Utama BNI Herry Sidharta menuturkan, turunnya biaya kredit dipengaruhi perbaikan kualitas kredit BNI. Rasio NPL BNI per September 2019 tercatat turun menjadi 1,8% dari September 2018 yang sebesar 2% dan periode Desember 2018 sebesar 1,9%.
Baca Juga: BI proyeksikan penyaluran kredit perbankan masih tumbuh di kuartal IV Selain NPL, rasio
loan at risk BNI juga berangsur membaik kendati hanya turun tipis dari 8,7% pada September 2018 menjadi 8,6% pada September 2019. "Ke depan, BNI akan terus fokus melakukan perbaikan kualitas aset, dimulai dari proses pemilihan calon debitur dengan prioritas pada sektor yang prospektif," kata Herry kepada Kontan.co.id, Senin (28/10). BNI juga melakukan penyempurnaan proses pemberian kredit, dengan membangun berbagai layanan dan meningkatkan prinsip kehati-hatian. Di sisi lain, upaya perbaikan dan penyelesaian kredit yang bermasalah juga intensif dilakukan BNI, termasuk upaya legal. BNI memproyeksikan
credit cost di akhir tahun 2019 akan stabil di kisaran 1,3%-1,5%. "Kami berencana mempertahankan
coverage ratio kami yang telah naik 152% menjadi 159,2% secara yoy per September 2019 untuk antisipasi kondisi ekonomi ke depan," imbuh Herry.
Baca Juga: Paling tinggi cuma 6,9%, ini bunga deposito terbaru bank usai BI menyunat bunga Sementara Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk (
NISP) Parwati Surjaudaja mengatakan, pada tahun ini biaya kredit OCBC NISP akan stabil dari tahun lalu yakni di kisaran 0,7%. Menurutnya, biaya kredit sebesar itu sudah ideal dengan rencana ekspansi bisnis perusahaan. Guna menjaga biaya kredit tetap berada di level rendah, OCBC NISP tengah melakukan optimalisasi
collection di samping mengantisipasi dan menjaga kualitas portofolio kredit. "Perkiraan kami akhir tahun ini akan kurang lebih di level yang setara," kata Parwati. Sementara itu, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (
BJTM) justu mencatatkan kenaikan biaya kredit, dari 0,3% per September 2018 menjadi 1,01% pada September tahun ini. Merujuk presentasi bank ini, penyebab meningkatnya biaya kredit disebabkan rasio pencadangan yang naik dari 92,36% menjadi 96,02% secara tahunan. Namun, Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha menyebut. kenaikan biaya kredit lebih disebabkan oleh persiapan penerapan standar akuntasi PSAK 71. "Perbaikan kualitas kredit dengan pembentukan cadangan sebelum dilakukan proses perbaikan kualitas kredit," katanya.
Baca Juga: Pendapatan bunga bersih perbankan mulai seret Ferdian yakin, biaya kredit Bank Jatim hingga akhir tahun tak akan berbeda dengan saat ini. Apalagi NPL Bank Jatim juga mulai turun. Per September 2019, NPL Bank Jatim turun menjadi 2,89% dari periode sama tahun lalu sebesar 4,25%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat