KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perusahaan modal ventura di Tanah Air masih harus menarik nafas panjang dan memperkuat bisnisnya. Sebab, industri ini masih terbelenggu dengan risiko kredit macet alias Non Performing Financing (NPF) hampir mendekati 5%. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NPF perusahaan modal ventura berada di level 4,39% di Juli 2023, jika dilihat sepanjang tahun ini NPF tertinggi ada pada bulan Mei 2023 yang mencapai 4,97%. Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo) menjelaskan bahwa pemburukan NPF telah terjadi sejak kuartal IV tahun 2022. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal salah satunya kenaikan harga bahan pangan dan bahan bakar.
Baca Juga: Mandiri Capital Buka Peluang Startup Kembangkan Bisnis Lewat Program Zenith “Sanksi yang dijatuhkan kepada Rusia dan resesi global yang berdampak pada perekonomian Indonesia, dengan adanya PHK besar-besaran karena banyak pabrik yang tutup karena kurangnya permintaan export dari Eropa Barat,” ujar Wakil Ketua III Amvesindo, Chrismanto Saragih kepada KONTAN, Sabtu (30/9). Bukan hanya itu, Chris menyebutkan kondisi cuaca yang kurang baik seperti bencana alam, kemarau panjang dan lain sebagainya berimbas pada debitur yang memiliki usaha pertanian, perkebunan dan usaha di sekitar pantai. “Debitur perusahaan modal ventura yang mayoritas pengusaha mikro, kecil dan menengah sangat terdampak sehingga pendapatan mereka menurun secara drastis dan pada akhirnya mengurangi kemampuan bayar cicilan kepada perusahaan modal ventura,” jelasnya. Chris mengungkapkan, hal lain yang mendorong tingginya nilai NPF perusahaan modal ventura adalah portofolio yang tidak bertumbuh akibat menurunnya permintaan pembiayaan. Memang jika dilihat pada data OJK, portofolio pembiayaan modal ventura pada usaha produktif cenderung stagnan. Di Juli 2023 pembiayaan ke sektor produktif sebesar Rp 10,77 triliun turun 1,83% year on year (yoy), dibandingkan Juli 2022 yang sebesar Rp 10,97 triliun. Sementara itu, laba bersih perusahaan modal ventura juga hanya sebesar Rp 233 miliar pada Juli 2023, merosot 33,47% yoy dibandingkan Juli 2022 yang sebesar Rp 311 miliar.
Baca Juga: Startup Cakap Perkuat Kolaborasi dengan Berbagai Entitas Chris menyatakan terdapat beberapa strategi perusahaan modal ventura dalam menekan risiko kredit macet di antaranya memperketat kebijakan kredit, mengintensifkan upaya-upaya penagihan, membatasi penawaran produk pembiayaan pada daerah yang miliki NPF tinggi.
“Meminimalisasi konsentrasi risiko diversifikasi perluasan wilayah untuk mengelola potensi risiko bencana alam dan high NPF. Perluasan pada wilayah yang tidak terlalu rentan terhadap bencana alam,” katanya. Selain itu, lanjut Chris, batasi juga atau tidak ada perluasan di area yang tinggi NPF dan rendah persaingan. Serta, melakukan inovasi produk atau memberikan insentif untuk debitur-debitur yang tidak menunggak sehingga bisa meningkatkan portofolio pembiayaan. “Sektor yang terdampak mayoritas adalah sektor perdagangan dan produksi. Dengan berbagai upaya sebagaimana disebutkan di atas, perusahaan modal ventura berusaha untuk terus menjaga NPF nya di bawah 4%,” pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi