KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rata-rata jumlah transaksi penggunaan mata uang lokal atau
local currency transaction (LCT) makin meningkat tiap tahunnya. Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengungkapkan, dalam dua bulan pertama tahun 2023, total nilai transaksi LCT sebesar ekuivalen US$ 957 juta. Atau dengan kata lain, rata-rata penggunaan LCT per bulan pada dua bulan pertama tahun ini, adalah sekitar US$ 450 juta.
"Ini jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata penggunaan LCT di tahun 2022 yang sebesar US$ 350 juta per bulan," terang Destry dalam paparan hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (18/4). Selain dari jumlah transaksi, Destry juga mengungkapkan jumlah pelaku LCT hingga tahun 2023 telah mencapai 2.014 pelaku.
Baca Juga: Pertumbuhan Kredit Perbankan Hingga Maret Melambat Ini meningkat dibandingkan dengan jumlah pelaku LCT hingga tahun 2022 yang baru sekitar 1.740 pelaku. "Bahkan, kalau dibandingkan jumlah pelaku pada tahun 2022 dengan tahun 2021, ini peningkatannya dua kali lipat lebih," tambah Destry. Destry optimistis, jumlah pelaku LCT dan juga total nilai transaksi LCT akan makin meningkat pada tahun ini. Terlebih, Indonesia akan menambah negara mitra. Kabarnya, awal Mei 2023 akan ada penandatanganan nota kesepahaman penggunaan LCT dengan Korea Selatan. Selain itu, kondisi perekonomian China mulai bangkit setelah pembukaan kembali aktivitas ekonomi. Sebagai salah satu mitra LCT, perbaikan aktivitas China tentu akan mendongkrak total nilai transaksi LCT.
Baca Juga: BI Diprediksi Akan Tahan Suku Bunga Acuan 5,75% Sampai Akhir 2023 Penggunaan mata uang lokal dalam aktivitas investasi, perdagangan, maupun transaksi keuangan ini mampu meningkatkan diversifikasi penggunaan mata uang. Dengan demikian, rupiah tak akan terlalu bergantung dengan mata uang utama, seperti dolar Amerika Serikat (AS). Ini akan bermuara pada lebih kuatnya otot rupiah, terutama di tengah tekanan global yang tak menentu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari