Ratio remittance TKI ke cadev terus turun



JAKARTA. Sumbangan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) terhadap peningkatan cadangan devisa negara kita sudah tidak perlu diragukan lagi. Inilah mengapa para TKI kerap juga disebut sebagai pahlawan devisa. Namun, bila melihat data lima tahun terakhir, proporsi atau rasio uang kiriman alias remittance para TKI ini terhadap cadangan devisa trennya cenderung menurun. Dari data kompilasi yang dirilis oleh Bank Indonesia hari ini, tercatat, rasio remittance terhadap cadangan devisa RI hingga semester 1 2010 tercatat sebesar 4,4% atau senilai total US$ 3,3 miliar. Adapun rasio remittance terhadap Gross Domestic Product tercatat sebesar 1%."Pasar TKI selain menyimpan potensi yang cukup besar, namun masih menyisakan berbagai tantangan," ujar Kepala Biro Humas BI Difi A. Johansyah melalui surat elektronik yang diterima KONTAN, Kamis (23/9).Tahun 2005 lalu, rasio remittance terhadap cadev mencapai 15,3%. Tahun 2006 rasionya menurun menjadi 13,1%. Tahun 2007 kembali turun menjadi hanya 10,5%. Berikutnya, tahun 2008 sedikit naik menjadi 12,8%. Dan tahun lalu susut lagi menjadi hanya 10% terhadap cadev. Meski rasionya terhadap cadev cenderung menurun, namun dari sisi nominal tren remittance boleh dibilang masih lebih baik. Tahun 2005, total remittance TKI hanya sebesar US$ 5,3 miliar. Tahun berikutnya sebesar US$ 5,6 miliar. Lalu tahun 2007, sebesar US$ 6 miliar. Tahun 2008 dan 2009 angkanya sama persis yakni sebesar US$ 6,6 miliar. "Cenderung agak stagnan dari tahun 2008, bisa jadi karena pengaruh krisis global kemarin," kata Difi.Catatan Indonesia ini masih kalah jauh bila dibandingkan dengan catatan remittance tenaga kerja di Filipina. Filipina mencatat nilai pengiriman uang dari para tenaga kerjanya sebesar US$ 17,4 miliar selama tahun 2009. "Di sana, remittance merupakan komponen utama penyumbang devisa. Kontribusinya terhadap GDP juga relatif stabil," ujar Difi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa