Ratu Elizabeth ke politisi Inggris: Akhiri pertengkaran kalian



KONTAN.CO.ID - LONDON. Ratu Elizabeth mengirimkan pesan halus kepada para politisi Inggris dalam menghadapi tenggat waktu Brexit. Sang ratu telah secara halus mendesak anggota parlemen untuk mencari titik temu dan memahami gambaran besar untuk menyelesaikan krisis yang ada saat ini.

Dengan waktu yang terus menipis hingga 29 Maret sebagai tanggal yang ditetapkan bagi Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa, negara kerajaan tersebut berada dalam krisis politik terdalam dalam setengah abad terakhir. Hal ini dikarenakan pergulatan untuk keluar dari proyek Eropa sejak bergabung pada tahun 1973 lampau.

Dalam pernyataannya, ratu yang kini berusia 92 tahun tersebut memang tidak menyebutkan Brexit secara eksplisit dalam pidato tahunan pada acara Women's Institute yang dilangsungkan di Norfolk. Ia menyebut, setiap generasi menghadapi tantangan dan peluang barunya masing-masing.


“Ketika kita mencari jawaban baru di zaman modern, saya akan lebih menyukai resep yang sudah dicoba dan diuji, seperti saling berbicara satu sama lain dan menghargai sudut pandang yang berbeda. Saling mendatangi untuk mencari titik temu, dan tidak pernah melupakan gambaran yang lebih besar," kata sang ratu seperti dikutip Reuters.

Meskipun menggunakan bahasa yang konvensional, namun Ratu Elizabeth telah membuat ciri khasnya dalam mengungkapkan pendapat di muka publik. Pernyataan dalam konteks krisis Inggris adalah sinyal bagi para politisi untuk memilah kekacauan yang telah mendorong negara dengan ekonomi terbesar kelima di dunia itu masuk ke dalam jurang.

"Dia telah menjadi standar monarki selama hampir 67 tahun. Dan ini adalah momen yang sangat jelas, saya pikir yang dia katakan sangat dan cara mengatakannya sangat penting," kata sejarawan Peter Hennessy.

Istana Buckingham menolak berkomentar meskipun media Inggris telah ramai-ramai memberitakan ucapan sang ratu. Harian Times mengangkat tajuk utama yang berjudul 'Akhiri perseteruan Brexit, Ratu mengingatkan para politisi yang bertikai'.

Sebagai kepala negara, sang ratu tetap netral dalam politik di depan umum dan tidak dapat memberikan suara. Meskipun menjelang referendum tahun 2014 tentang kemerdekaan Skotlandia, ia membuat permohonan yang dibuat dengan hati-hati agar orang-orang Skotlandia berpikir dengan jernih tentang masa depan mereka.

Editor: Tendi Mahadi