Ratu jamu pemilik Mustika Ratu



Sosok BRA Mooryati Soedibyo sudah melegenda sebagai pakar dan pelaku industri jamu dan produk kecantikan terkemuka di Tanah Air. Berkat sentuhan tangan dingin putri Keraton Surakarta ini, ramuan warisan gadis keraton dari zaman nenek moyang berhasil naik kelas menjadi produk unggulan yang modern.

Produknya kini sudah sangat akrab dengan wanita Indonesia, mulai dari remaja putri hingga wanita dewasa. Mooryati mulai merintis usaha pada 1973, dengan mendirikan PT Mustika Ratu.

Usaha yang ditekuninya ini berawal dari hobi meracik jamu yang ditekuninya sejak kecil. Dibesarkan di lingkungan keraton, Mooryati kecil sudah akrab dengan berbagai rempah dan resep leluhur agar selalu tampil cantik dan fit.


Sebagai keturunan ningrat, ia juga memiliki akses yang luas untuk mengetahui ramuan jamu tradisional di lingkungan keraton. Hingga saat remaja, ia tidak hanya mengkonsumsi tetapi juga tertarik meracik jamu sendiri.

Mulai dari jamu beras kencur yang sederhana hingga jamu untuk kosmetik, seperti bedak dingin dan lain-lain. Kala itu, banyak teman-teman Mooryati ingin mencoba ramuan buatannya hingga akhirnya menjadi terkenal dari mulut ke mulut. "Jadi semua bermula dari hobi ibu saya," cerita Putri K. Wardhani, putri Mooryati yang kini menjabat Presiden Direktur Mustika Ratu sejak tahun 2011.

Sejak kecil, Mooryati tumbuh di dalam Keraton Surakarta, di bawah pengawasan kakek dan neneknya. Tradisi keluarga yang aristokrat sudah menjadi bagian hidup sehari-hari dari puteri ini sejak kecil.

Dengan sabar dan perhatian, puteri keraton kelahiran 5 Januari 1928 ini mempelajari keterampilan meramu bahan-bahan alami untuk dibuat Jamu untuk perawatan kesehatan dan kecantikan.

Dibimbing sang nenek, Mooryati tak hanya mempelajari tetapi juga mewarisi pengetahuan memilih tetumbuhan berkhasiat, serta meraciknya menjadi ramuan yang bermanfaat bagi kesehatan maupun kecantikan yang selama ini hanya menjadi monopoli para bangsawan.

Pada 1956, Moeryati yang kini berusia 84 tahun menikah dengan Soedibyo Purbo Hadiningrat. Setelah menikah, ia mengikuti suami bertugas ke Sumatera Utara sebagai Kepala Kantor Wilayah Dinas Perindustrian.

Setelah menjadi isteri seorang pegawai negeri sipil (PNS), hobi Mooryati meracik jamu terus berlanjut.  Ia meracik jamu di garasi rumahnya yang penuh dengan aneka rempah.

Selama belasan tahun meracik jamu sebagai hobi, akhirnya Mooryati mencoba menjadikan jamu racikannya sebagai komoditas bisnis. Pada 1973, ia pun mendirikan PT Mustika Ratu. Saat itu, ia dan suaminya sudah pindah  tugas di Jakarta.

Dari tahun ke tahun bisnisnya terus berkembang. Pada tahun 1981, Mustika Ratu memiliki pabrik pertamanya di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur dengan 150 pekerja. Pada awalnya, jamu yang diproduksi hanya lima macam, berserta beberapa kosmetik tradisional, seperti lulur, mangir, bedak dingin, dan air mawar.

Pada tahun 1978 produk-produk Mustika Ratu mulai didistribusikan ke toko-toko melalui salon-salon kecantikan sebagai agen. Dimulai di Jakarta, Semarang, Surabaya, Bandung, dan Medan.

Permintaan pun terus meningkat, hingga pada tahun 1980-an, perusahaan ini mulai mengembangkan berbagai jenis kosmetika tradisional.  Salah satunya dengan meluncurkan kosmetik untuk remaja dengan brand Puteri. Produknya meliputi bedak, minyak wangi dan lipstik.

Sukses di bisnis jamu dan kosmetik, belakangan Mooryati juga melakukan ekspansi usaha dengan merambah bisnis spa. Terinspirasi dengan tradisi pijat ala keraton, ia mendirikan Taman Sari Royal Heritage. Taman Sari menjadi inovasi baru dengan membidik kalangan menengah atas lewat sejumlah layanan premium yang sarat dengan budaya Jawa.

Belakangan, selain di Indonesia, Taman Sari kini hadir juga di negara-negara ASEAN dan sukses menjadi salah satu tempat spa terbaik di Amerika Utara. "Inovasi dan kreasi yang orisinal dapat menjadi kekuatan suatu bisnis untuk maju dan berkompetisi di pasar," kata Mooryati yang ditemui di sebuah acara belum lama ini. Generasi kedua

Kini Mustika Ratu telah berkembang menjadi manufaktur besar. Perusahaan ini juga terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 1995.Setelah 36 tahun menjalankan usaha, Mooryati akhirnya menyerahkan mahkota kepemimpinan kepada putri keduanya, Putri K. Wardhani. Sebelumnya, Putri bekerja di Mustika Ratu selama 25 tahun, sehingga  dianggap siap untuk menjadi pemimpin usaha keluarga ini.

Tanpa melihat posisi ibunya, Putri bergabung dengan Mustika Ratu dari level pemula sebagai marketing trainee. Pengaruh ajaran sang ibu masih melekat di hati Putri.

Walaupun sejak awal tidak ingin memakai embel-embel nama keluarga, Putri selalu mengingat ajaran Mooryati terutama dalam mengatur perusahaan.  "Ibu saya selalu mengajarkan ajaran-ajaran local wisdom terutama yang berbasis budaya Jawa, karena kami orang Jawa," tutur wanita yang selalu terlihat cantik ini.

Salah satu ajaran yang menjadi semangat Putri adalah memayu hayuning bawono. Artinya, dalam membuat kemajuan kita tidak boleh menghancurkan sekitar, melainkan harus membawa manfaat, kebaikan dan nilai tambah bagi sekeliling dan masyarakat luas.

Prinsip dan nilai-nilai yang diwariskan oleh ibunya  masih melekat pada diri Putri walaupun ia digembleng dengan pendidikan ala Barat. "Saya menjalani pendidikan di luar negeri, tepatnya di Amerika Serikat sampai dengan pasca sarjana mengambil jurusan pemasaran dan keuangan," ceritanya.

Bertahun-tahun tinggal di negeri Paman Sam, Putri tetap mampu menjaga dan melestarikan nilai-nilai Jawa dalam setiap aspek kehidupannya. Menurutnya, hal inilah yang menjadi identitas dari Mustika Ratu.

Seperti ibunya, Putri juga fokus mengembangkan ramuan tradisional di bidang kesehatan dan kecantikan. Bagi Putri, Mustika Ratu bukan hanya sekedar usaha keluarga. Tapi ibarat rumah, di Mustika Ratu, ia menemukan hidup dan kecintaannya.

Baginya, Mustika Ratu adalah pengalaman pertama  menekuni usaha keluarga. "Pada awalnya, belum tahu apakah akan terus atau seandainya memang merasa tidak sesuai maka akan mencari alternatif lain. Tapi pada akhirnya saya mencintai dan merasa terpanggil di sektor ini," ujarnya.

Rasa cinta terhadap usaha ini kian tumbuh karena kental berhubungan dengan kehidupan perempuan. Putri sebagai seorang perempuan merasa bangga bisa menjadi bagian yang besar dalam dunia perempuan. Menurut Putri, setiap zaman punya tantangan berbeda-beda.

Tantangan yang dihadapi ibunya dengan dirinya sekarang di dalam mengembangkan bisnis kosmetik, juga berbeda. Ia mengaku, tantangan yang dihadapinya sekarang adalah tingkat persaingan bisnis yang semakin ketat. Di tengah banjir produk kosmetik dari luar negeri, produk yang mengusung kearifan lokal harus berjuang keras.

Sementara tantangan yang dihadapi Mooryati adalah memperkenalkan Mustika Ratu kepada publik yang masih awam dengan produk jamu dan kosmetik ala Jawa. Namun, tak mau surut, ibu dan anak ini menjawab tantangan itu dengan terus memperbaiki kualitas produk dan jaringan pemasaran.

Terbukti, selain di dalam negeri, produk Mustika Ratu juga telah diekspor hingga ke 20 negara. Produk Slimming Tea Mustika Ratu, misalnya, kerap meraih penghargaan sebagai produk pelangsing dengan penjualan terbaik.

Di dalam negeri, pasar Mustika Ratu juga terus berkembang. Putri bilang, pasar lokal tetap berjalan dengan baik kendati dalam 2,5 tahun terakhir ini ada perjanjian perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA)  yang membuat produk impor membanjiri pasar dalam negeri.  "Industri dalam negeri masih memiliki brand equity yang kuat dan masih mampu bersaing walau dengan biaya yang lebih besar dari sebelumnya," ujar Putri.

Industri padat karya seperti Mustika ratu memang banyak menghadapi tekanan eksternal, berupa kenaikan upah minimum provinsi dan  tarif listrik. Kendati banyak tantangan, semangat Putri tak pernah surut membesarkan usaha. Terbukti, di bawah kepemimpinannya, Mustika Ratu telah melakukan renovasi fasilitas produksi dan peningkatan kapasitas.

Sejauh ini, dia merasa belum menemukan kendala berarti. "Hanya bahan baku yang bersifat musiman sehingga terkadang mempengaruhi harga perolehan di waktu-waktu tertentu, itu merupakan masalah yang masih dalam batas kewajaran," ujarnya.

Selain bisnis kosmetik, Putri juga membawa Mustika Ratu merambah bisnis di sektor lain, seperti properti. Mustika Ratu masuk ke bisnis ini dengan mendirikan  beberapa hotel bintang tiga di beberapa kota.

Proyek hotel ini memang belum semua terealisasi. Tapi, Putri menargetkan, proyek bisa tuntas dalam dua sampai tiga tahun ke depan. "Yang pertama kami bangun di Solo yang sekarang dalam tahap konsep dan desain," tuturnya.

Melalui aksi-aksi ekspansi usaha itu, ia berharap bisnis keluarga ini makin besar. Apalagi, Mustika Ratu tergolong perusahaan lama yang kenyang pengalaman.

Selama lebih dari 30 tahun berdiri, Mustika Ratu juga belum pernah mengalami kejatuhan. "Kejatuhan adalah kata-kata yang keras dan mengerikan untuk didengar. Alhamdulillah kalau kejatuhan belum pernah dan jangan pernah mengalaminya," tutur wanita yang membawahi 3.000 karyawan ini.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Havid Vebri