Abraham Zulvie Houtman (36 tahun) adalah pendiri Scooter 99. Nama 99 diambil karena bisnis ini didirikan pada tahun 1999 di Jakarta Selatan. Tahun 1999 juga menjadi angka keramat, karena di tahun tersebut dia secara tidak sengaja diminta seorang teman warga Amerika Serikat (AS) untuk merestorasi sebuah skuter (scooter). Itulah langkah pertama Abraham masuk ke bisnis modifikasi skuter. "Waktu itu selain restorasi, saya menambahkan aksesori dan sidecar," ujar Abraham. Sidecar adalah aksesori yang dipakai oleh kendaraan roda dua berupa penambahan satu bangku penumpang sehingga menjadi berode tiga.Alhasil, modifikasi dan restorasi yang dilakukan Abraham banyak diminati di Negeri Paman Sam. Dua minggu berselang, dia kembali mendapat pesanan merombak skuter yang dikirim langsung dari AS. "Sekarang 90% pelanggan saya dari luar negeri," katanya. Selain AS, pelanggan Eropa seperti Italia, Prancis, Rusia, dan Inggris juga pernah ditanganinya.Bahkan Abraham dengan bangga mengatakan, salah satu hasil modifikasi skuternya pernah tampil di film Hollywood yaitu film Stay Cool dan film Cat & Dog 2. Pelanggan Abraham yang sebagian besar datang dari luar negeri menunjukkan bahwa ia sudah mendapatkan kepercayaan mereka.Abraham mengaku bisnis ini memang sangat mengandalkan kepercayaan. "Hampir semua pelanggan tidak pernah bertemu langsung sebelumnya," ujarnya. Untuk mempromosikan produk dan bisnisnya dia memakai jaringan sosial seperti Youtube. Untuk mendapat kepercayaan dia juga kerap memberikan nomor telepon pelanggan lama sehingga ada testimoni yang mendukung. Setiap hari dia juga akan mengirimkan foto perkembangan modifikasi kepada pelanggan lewat email. Namun karena terlalu percaya, dia mengaku pernah ditipu pelanggan. Yaitu, pembayarannya tidak dilunasi walau skuternya telah dikirim. Dengan pengalaman itu, dia kemudian memberanikan diri pergi ke Eropa untuk melihat langsung cara masyarakat sana berjualan untuk kemudian diaplikasikan di bisnisnya. Sejak itu dia mengaku lebih percaya diri dalam berbisnis karena mengetahui pola pikir cara negosiasi dan transaksi orang asing.Karena banyak berhubungan dengan pelanggan asing, biaya restorasi dan modifikasi juga banyak memakai tarif dollar AS. Contohnya untuk penambahan sidecars, Abraham mematok harga US$ 1.000 untuk skuter Vespa keluaran lama dan US$ 1.500 untuk keluaran baru.Sedangkan untuk biaya restorasi masih menggunakan tarif rupiah. Untuk skuter tua seperti Vespa keluaran 1960-an, biayanya Rp 15 juta - Rp 20 juta. Biaya ini untuk reparasi keseluruhan skuter mulai dari ban, speedometer, karet hingga mesin. Abraham juga menjual skuter yang sudah dimodifikasi atau yang trailer kit siap pasang. Untuk trailer kit harganya US $1.300 hingga US$ 1.500 sementara skuter modifikasi siap pakai harganya US$ 2.000 hingga US$ 6.000. Dengan harga seperti itu, dalam sebulan, Abraham mengaku bisa bisa memperoleh omzet Rp 100 juta hingga Rp 200 juta. Menurut Abraham, biaya tersebut sebanding dengan hasil yang akan diberikannya. Selain memproduksi sendiri, untuk produk lain seperti speedometer, klakson, dan mesin akan diimpor dari Jerman atau Italia. "Fiber glass dan body baja kami produksi sendiri," ujarnya. Untuk memproduksinya, pria yang sempat mengenyam pendidikan di University of Technology, Sidney ini mengaku memiliki pabrikasi body dengan 25 karyawan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Raup ratusan juta dari pelanggan Eropa & Amerika
Abraham Zulvie Houtman (36 tahun) adalah pendiri Scooter 99. Nama 99 diambil karena bisnis ini didirikan pada tahun 1999 di Jakarta Selatan. Tahun 1999 juga menjadi angka keramat, karena di tahun tersebut dia secara tidak sengaja diminta seorang teman warga Amerika Serikat (AS) untuk merestorasi sebuah skuter (scooter). Itulah langkah pertama Abraham masuk ke bisnis modifikasi skuter. "Waktu itu selain restorasi, saya menambahkan aksesori dan sidecar," ujar Abraham. Sidecar adalah aksesori yang dipakai oleh kendaraan roda dua berupa penambahan satu bangku penumpang sehingga menjadi berode tiga.Alhasil, modifikasi dan restorasi yang dilakukan Abraham banyak diminati di Negeri Paman Sam. Dua minggu berselang, dia kembali mendapat pesanan merombak skuter yang dikirim langsung dari AS. "Sekarang 90% pelanggan saya dari luar negeri," katanya. Selain AS, pelanggan Eropa seperti Italia, Prancis, Rusia, dan Inggris juga pernah ditanganinya.Bahkan Abraham dengan bangga mengatakan, salah satu hasil modifikasi skuternya pernah tampil di film Hollywood yaitu film Stay Cool dan film Cat & Dog 2. Pelanggan Abraham yang sebagian besar datang dari luar negeri menunjukkan bahwa ia sudah mendapatkan kepercayaan mereka.Abraham mengaku bisnis ini memang sangat mengandalkan kepercayaan. "Hampir semua pelanggan tidak pernah bertemu langsung sebelumnya," ujarnya. Untuk mempromosikan produk dan bisnisnya dia memakai jaringan sosial seperti Youtube. Untuk mendapat kepercayaan dia juga kerap memberikan nomor telepon pelanggan lama sehingga ada testimoni yang mendukung. Setiap hari dia juga akan mengirimkan foto perkembangan modifikasi kepada pelanggan lewat email. Namun karena terlalu percaya, dia mengaku pernah ditipu pelanggan. Yaitu, pembayarannya tidak dilunasi walau skuternya telah dikirim. Dengan pengalaman itu, dia kemudian memberanikan diri pergi ke Eropa untuk melihat langsung cara masyarakat sana berjualan untuk kemudian diaplikasikan di bisnisnya. Sejak itu dia mengaku lebih percaya diri dalam berbisnis karena mengetahui pola pikir cara negosiasi dan transaksi orang asing.Karena banyak berhubungan dengan pelanggan asing, biaya restorasi dan modifikasi juga banyak memakai tarif dollar AS. Contohnya untuk penambahan sidecars, Abraham mematok harga US$ 1.000 untuk skuter Vespa keluaran lama dan US$ 1.500 untuk keluaran baru.Sedangkan untuk biaya restorasi masih menggunakan tarif rupiah. Untuk skuter tua seperti Vespa keluaran 1960-an, biayanya Rp 15 juta - Rp 20 juta. Biaya ini untuk reparasi keseluruhan skuter mulai dari ban, speedometer, karet hingga mesin. Abraham juga menjual skuter yang sudah dimodifikasi atau yang trailer kit siap pasang. Untuk trailer kit harganya US $1.300 hingga US$ 1.500 sementara skuter modifikasi siap pakai harganya US$ 2.000 hingga US$ 6.000. Dengan harga seperti itu, dalam sebulan, Abraham mengaku bisa bisa memperoleh omzet Rp 100 juta hingga Rp 200 juta. Menurut Abraham, biaya tersebut sebanding dengan hasil yang akan diberikannya. Selain memproduksi sendiri, untuk produk lain seperti speedometer, klakson, dan mesin akan diimpor dari Jerman atau Italia. "Fiber glass dan body baja kami produksi sendiri," ujarnya. Untuk memproduksinya, pria yang sempat mengenyam pendidikan di University of Technology, Sidney ini mengaku memiliki pabrikasi body dengan 25 karyawan.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News