RBS makin terpuruk dipukul krisis



LONDON. Royal Bank of Scotland Group Plc (RBS), bank terbesar milik pemerintah Inggris semakin terpuruk oleh krisis. Hari ini (12/1) RBS memutuskan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 3.500 karyawannya.

Secara bertahap yaitu tiga tahun ke depan, efisiensi ini akan dilakukan di divisi investasi. Beberapa tahun terakhir bisnis divisi investment banking yang menangani perdagangan efek dan konsultan merger tak menguntungkan perusahaan.

RBS juga berencana menutup unit ini atau menjualnya pada investor. Kreditur terbesar yang bermarkas di London tersebut mengaku tengah melakukan pembicaraan dengan beberapa investor yang berminat. Pada paruh kedua tahun lalu, RBS sudah mengurangi jumlah pekerja hingga 2.000 karyawan.


"Perubahan tersebut kami umumkan hari ini. Manajemen berusaha memastikan bank tetap mengejar strategi yang merefleksikan lingkungan operasional," jelas Chief Executive Officer Stephen Hester.

Menurutnya, bank membutuhkan restrukturisasi besar-besaran agar bisa bertahan dari impitan krisis. "Kami akan fokus melayani nasabah dan lebih efisien," ucap Hester. Lantaran likuiditas perbankan tidak dalam kondisi normal, RBS bakal menyalurkan kredit secara konservatif dan berusaha memberikan keuntungan yang stabil bagi pemegang saham keseluruhan.

Saham RBS naik 3,7% menjadi 22,60 pence pada 8:25 waktu London. Bloomberg Europe Banks and Financial Services Index mencatat, kenaikan tersebut merupakan yang terbesar di antara 46 saham lainnya.

Sebelumnya, Hester pernah memutuskan mengurangi ekspansi di Asia dan menjual beberapa divisi usahanya di Eropa. JPMorgan Chase & Co tercatat membeli aset milik RBS sebesar US$ 1,7 miliar.

Editor: