RBS: Rupiah berpotensi melemah sampai 9.400



JAKARTA. The Royal Bank Of Scotland (RBS) memprediksi, peluang pairing (USD/IDR) untuk melemah sampai level 9.400 cukup besar. Selain dari sentimen dalam negeri, dalam beberapa bulan medatang, RBS melihat penurunan risiko ekonomi global terutama dari Amerika Serikat (AS) akan menjadi faktor penahan apresiasi rupiah."Membanjirnya rupiah di pasar domestik bagai pedang bermata dua, mengingat hal ini cenderung meningkatkan risiko pasar Indonesia terhadap pengaruh dari kestidakstabilan ekonomi global," tutur Chiaa Woon Khien, RBS Head of Rates & FX Strategy Asia Local Markets, Selasa (27/3) pada acara Indonesia Economic Outlook 2012: Investment Grade and Growing di Jakarta.Dia beralasan, terlalu banyaknya aliran dana yang masuk ke Indonesia justru menjadi tantangan bagi pemerintah untuk berupaya keras mempertahankan minat investor pada pasar domestik agar tidak serta merta terjadi sudden reversal yang melemahkan pasar domestik, termasuk pelemahan mata uang rupiah.Di saat yang sama, Stuart Oakley, RBS Head of Emerging Markets Asia FX Trading menyampaikan meski tidak ada keraguan terhadap kekuatan struktural perekonomian Indonesia, kekhawatiran akan pelemahan rupiah merupakan dampak dari kebijakan moneter dari pemerintah.Dia juga mengatakan bahwa barometer lain yang menjadi perhatian untuk pergerakan rupiah adalah tingkat inflasi Indonesia. Pihak RBS mengamati, Inflasi non-inti sepanjang tahun 2012 nanti akan meningkat 1%-2%, mengingat pemerintah yang terus memperjuangkan pengurangan subsidi BBM dan juga prediksi melionjaknya harga minyak."Jika harga mingak sampai menyentuh US$ 150 dollar per barrel di tahun 2012 ini, kemungkinan inflasi akan meningkat 4%." kata Stuart, Selasa (27/3).Namun Stuart optimistis, setelah menyentuh Rp 9.400 per dollar, pasangan (USD/IDR) akan mulai terapresiasi ke level 9.300 sampai akhir tahun nanti.Sebagai catatan, RBS Group merupakan perusahaan perbankan International dan layanan finansial berskala besar, dengan kantor pusatnya di Edinburgh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Barratut Taqiyyah Rafie