Realisasi agen laku pandai masih jauh dari target



JAKARTA. Perlambatan pertumbuhan ekonomi dan masih minimnya inklusi serta literasi keuangan masyarakat Indonesia, membuat program Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif (Laku Pandai) seperti berjalan di tempat. Masih belum banyak bank yang mampu merealisasikan target awal yang tinggi. Meski jumlah agen masih minim, namun sejumlah bank mampu meraup saldo rekening cukup tinggi dari masyarakat yang kesulitan akses perbankan. PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk contohnya.

Bank dengan kode emiten BBRI ini semula menargetkan 50.000 agen Laku Pandai yang dapat menjadi kepanjangan tangan bank di berbagai daerah pelosok. Namun realisasinya, per 31 Mei 2015, perseroan baru memiliki 791 agen Laku Pandai dengan total jumlah rekening produk Tabunganku 3.477 nasabah dengan saldo Rp 1,31 miliar. BTPN dengan produk Tabungan WOW BSA menargetkan 39.465 agen dan realisasi per 31 Mei 2015 sebanyak 1.235 agen. BTPN sanggup meraup nasabah hingga 9.533 nasabah dengan jumlah saldo rekening mencapai Rp 242,41 juta. Nasib agak berbeda dialami oleh PT Bank Mandiri Tbk. Bank dengan kode emiten BMRI ini awalnya menargetkan jumlah agen Laku Pandai sebanyak 9.060 agen. Per Mei 2015, perseroan baru sanggup merekrut 525 agen dengan jumlah rekening produk Tabunganmu mencapai 25 nasabah dan dengan saldo sebesar Rp 270.929. PT Bank Negara Indonesia (BNI) dengan produk tabungan BNI Pandai semula menargetkan 3.000 agen. Realisasi per 11 Juni 2015, perseroan baru sanggup merekrut 29 agen yang menangani 31 nasabah dengan jumlah rekening sebesar Rp 1.266.000. Anggota Dewan Komisioner Edukasi dan Perlindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kusumaningtuti S. Soetiono mengungkapkan, dalam perjalanan program Laku Pandai ini, pihaknya sangat menekankan bahwa edukasi menjadi hal yang paling penting.

OJK, kata Titu, tidak hanya memantau mengenai kuantitas atau jumlah agen dari masing-masing bank yang melakukan praktik Laku Pandai, tetapi juga memantau kualitas pengetahuan masyarakat mengenai produk perbankan seperti tabungan. Untuk membantu edukasi kepada masyarakat mengenai perbankan, OJK juga melakukan training on trainer dengan memberikan training kepada pegawai bank yang selanjutnya melakukan hal yang sama terhadap agen Laku Pandai.


"Karena persyaratan agen selain sebagai nasabah bank, mereka juga harus dibekali dengan pemahaman produk bank dan belum tentu bisa menyampaikan segala sesuatu dengan baik tentang perbankan. Sehingga kami terus melakukan pemantauan dan memberikan edukasi terus-menerus," kata Titu di Jakarta, Selasa (25/8). Titu bilang, kegiatan training berkelanjutan itu dilakukan terhadap seluruh pegawai bank yang mempraktekkan program Laku Pandai. Dengan demikian, kata Titu, diharapkan masyarakat lebih mengerti dan memahami mengenai produk perbankan utamanya tabungan.

"Laku Pandai tidak hanya tentang kuantitas tetapi juga harus bagus dari segi kualitas, sehingga kami terus melakukan ToT (training on trainers) tersebut," ungkap Titu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan