Realisasi anggaran 2017 menentukan target 2018



KONTAN.CO.ID - Pemerintah telah menyampaikan sejumlah asumsi makro dalam Nota Keuangan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 pada Rabu (16/8) lalu. Selain menetapkan target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% dan inflasi sebesar 3,5%, pemerintah juga menetapkan asumsi harga minyak US$ 48 per barel.

Walau mengaku lebih realistis, namun sejumlah asumsi makro yang menjadi basis perhitungan RAPBN 2018 itu dinilai masih memiliki sejumlah risiko. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan, setidaknya ada tiga risiko dalam asumsi makro RAPBN tahun depan. 

Pertama, apakah pertumbuhan ekonomi global akan tetap kuat, terutama ekonomi kawasan regional. Sri Mulyani mengatakan, risiko ini terjadi karena pada saat ini ekonomi China masih diliputi ketidakpastian. Begitu juga dengan kondisi ekonomi di Eropa dan Amerika Serikat (AS).


Kedua, risiko dari harga komoditas yang saat ini stagnan. Menurut Menkeu hal ini akan mempengaruhi penermaan negara, khususnya penerimaan yang berasal sumberdaya alam (SDA). Ketiga, risiko dampak perubahan ekonomi negara maju seperti AS, China, atau Eropa yang mempengaruhi ekonomi RI.

Sulit tercapai

Adanya sejumlah risiko itulah yang membuat Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) bidang Hubungan Internasional dan Investasi Shinta Widjaja Kamdani menilai, target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4% dan target penerimaan pajak pada tahun depan akan sulit tercapai.  

"Target pertumbuhan ekonomi 5,4% tidak mudah dan penerimaan pajak tumbuh 9,3% masih banyak tantangan. Tapi menurut saya masih mungkin bisa dicapai," kata Shinta kepada KONTAN, Kamis (17/8).

Walau begitu, dia bilang, secara keseluruhan RAPBN 2018 mencerminkan konsolidasi fiskal, setelah 2015 dan 2016 targetnya sangat agresif.  Hal itu menurut Shinta, tercermin dari defisit primer yang ditargetkan turun 45% dibanding 2017.

Menurut ekonomi UI Faisal Basri, jika yang menjadi patokan adalah APBNP 2017, maka tak ada lonjakan target yang signifikan pada tahun depan. Bahkan menurutnya, bisa dibilang asumsi makro dalam RAPBN 2018 hati-hati dan terukur.

Namun hal berbeda jika yang menjadi dasar patokan perhitungan adalah realisasi pada tahun ini. "Tetap saja yang mesti dilihat adalah realisasi target tahun ini untuk menilai tahun depan," ujarnya. Menurutnya, dengan realisasi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang diperkirakan hanya hanya 5,0%, maka bisa dikatakan target pertumbuhan ekonomi pada tahun depan sebesar 5,4%, ambisius.  Dalam APBNP 2017 pertumbuhan ekonomi ditargetkan 5,2%. 

Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira menilai target RAPBN 2018 juga masih ambisius. Alasannya beberapa indikator perekonomian saat ini masih menunjukkan tren menurun. "Hingga semester satu 2017 terdapat tren penurunan konsumsi masyarakat, kinerja sektor industri pengolahan juga turun, penjualan kendaraan bermotor anjlok serta kinerja ekspor belum sepenuhnya pulih," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati