KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten kemasan plastik, PT Berlina Tbk (
BRNA) memproyeksikan capaian bisnisnya selama 2022 tak akan jauh berbeda dari realisasi tahun lalu. Hal itu disebabkan beberapa kendala yang dihadapi perseroan di semester kedua tahun ini. Presiden Direktur Berlina Pujihasana WIjaya memaparkan, sebenarnya BRNA mengawali tahun 2022 dengan performa yang cukup baik. Segmen usaha
laminate dan
plastic tube mengalami kenaikan penjualan dibandingkan tahun sebelumnya serta ada juga pertumbuhan di pasar ekspor. Namun, memasuki semester II-2022 tren permintaan kemasan minyak goreng mulai melemah lantaran adanya pembatasan penjualan minyak goreng non-subsidi. Kondisi itu cukup berpengaruh terhadap melambatnya laju pertumbuhan bisnis BRNA selama 2022.
Baca Juga: Begini Target Bisnis Berlina (BRNA) di Tengah Kondisi Pasar yang Belum Pulih "Pelonggaran PPKM juga berdampak pada menurunnya permintaan galon air mineral, serta perhatian pada keselamatan produk farmasi dalam bentuk cair," ungkap Pujihasana, dalam Paparan Publik Virtual, Rabu (14/12). Pertumbuhan bisnis BRNA juga terhambat oleh mandeknya rencana komersialisasi sejumlah proyek baru. Dia menjelaskan, kelangkaan
spare part dari
supplier mesin membuat realisasi pengembangan proyek baru itu tak bisa terlaksana di tahun ini. "Pencapaian penjualan tahun 2022 mendekati pencapaian 2021, di mana pencapaian ini lebih rendah daripada target yang ditetapkan, terutama dikarenakan tidak terealisasinya proyek-proyek baru," sebutnya. Berlina sebelumnya memasang target penjualan sebesar Rp 1,24 triliun dengan capaian rasio EBITDA terhadap penjualan senilai Rp 182 miliar. Namun, seiring dengan kondisi bisnis hingga kuartal ketiga, pihaknya merevisi angka penjualan dan EBITDA menjadi masing-masing senilai Rp 1,04 triliun dan Rp 129 miliar. "EBITDA diproyeksikan mendekati pencapaian tahun sebelumnya. Berbagai upaya optimalisasi operasional yang dilakukan oleh Perseroan diharapkan berhasil memitigasi dampak dari berbagai tantangan yang terjadi," jelasnya.
Sebagai gambaran, hingga Seotember lalu, Berlina mencatatkan penjualan sebesar Rp 802,21 miliar. Angka ini meningkat 2,12% dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun lalu senilai Rp 785,49 miliar. Penjualan BRNA masih didominasi oleh penjualan lokal yang tercatat sebesar Rp 665,86 miliar. Kemudian disusul oleh penjualan luar negeri yang senilai Rp 142,86 miliar. Dari sisi
bottom line, Berlina masih menanggung rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 75,54 miliar. Angka ini berhasil menurun dari semula Rp 82,56 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .