Realisasi defisit APBN bengkak



JAKARTA. Realisasi defisit keuangan negara makin lebar. Realisasi belanja yang lebih cepat pada April 2016 dan Mei 2016, masih berbanding terbalik dengan realisasi penerimaan negara yang masih belum beranjak naik sesuai target.

Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengaku, realisasi penerimaan negara sampai awal pekan kedua Mei 2016 mencapai 23% dari target. Sementara realisasi belanja negara 28% dari target.

Jika dihitung, maka realisasi penerimaan negara sampai awal pekan kedua Mei 2016 sebesar Rp 419,2 triliun. Sementara belanja negara sebesar Rp 586,8 triliun, sehingga realisasi defisit anggaran telah mencapai 1,3% dari produk domestik bruto (PDB).


Walau begitu, menurut Bambang, realisasi defisit tersebut masih terjaga. "Masih manageable," kata Bambang, Selasa (10/5).

Dibandingkan realisasi anggaran pemerintah per April 2016, realisasi penerimaan pada pekan kedua Mei 2016 ini lebih rendah. Sedangkan realisasi belanja masih lebih baik. Pada April 2015, realisasi penerimaan mencapai sebesar Rp 428,8 triliun dan belanja negara Rp 498,7 triliun.

Minimnya penerimaan disebabkan masih belum maksimalnya realisasi penerimaan pajak hingga akhir April 2016. "Penerimaan pajak per akhir April 20% dari target, kira-kira," kata Bambang kepada KONTAN, Senin (9/5) malam.

Dengan demikian, realisasi penerimaan pajak dalam empat bulan pertama tahun ini hanya sekitar Rp 272,02 triliun dari target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun ini yang sebesar Rp 1.360,1 triliun.

Angka tersebut lebih rendah 11,85% dibandingkan realisasi penerimaan pajak pada periode sama tahun lalu. Berdasarkan i-account April 2015, realisasi penerimaan pajak mencapai Rp 308,6 triliun.

Selain penerimaan pajak, penerimaan bea dan cukai juga tak mencapai target. Ditjen Bea dan Cukai Kemkeu sebelumnya mencatat, realisasi penerimaan bea dan cukai sampai akhir April 2016 sebesar Rp 30,5 triliun. Angka itu lebih rendah 33,65% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 46 triliun.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemkeu Suahasil Nazara bilang, pemerintah tetap akan menjaga defisit anggaran tidak melebihi angka maksimal 3%. "Kami tidak merencanakan defisit anggaran di atas 2,5%, untuk menjaga defisit di daerah. Berapapun shortfall di pajak, defisit tidak akan di atas 3%," katanya.

Untuk mengimbangi kemungkinan shortfall penerimaan pajak, pemerintah akan memangkas anggaran belanja negara non prioritas, seperti belanja operasional. Sedangkan belanja modal akan dipertahankan sehingga Suahasil masih yakin target pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3% masih dicapai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie