KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kantor Staf Presiden (KSP) bakal memanggil sejumlah importir bawang putih untuk membahas polemik rendahnya realisasi impor. Deputi III Bidang Perekonomian KSP Edy Priyono menjelaskan, rendahnya realisasi impor bawang putih dituding sebagai penyebab kenaikan harga komoditas tersebut hingga Rp 46.450 per kg. Dengan kata lain, naik hampir dua kali lipat pada tahun sebelumnya yang berkisar Rp 29.350 per kg.
"Masalahnya karena realisasi impor hanya 113.477 ton atau 42% dari kebutuhan selama 5 bulan," jelas Edy dalam Rakor Pengendalian Inflasi dipantau daring Senin (13/5).
Baca Juga: Harga Bawang Putih di China Turun, KSP Minta Pengusaha Percepat Realisasi Impor Edy bilang, kebutuhan bulanan bawang putih mencapai 50 ribu ton setiap bulan. Artinya, pada bulan Mei 2024 ini realisasi impor bawang putih yang masuh seharusnya mencapai 250 ribu ton. Hanya saja, ia mengatakan saat ini banyak importir yang belum merealisasikan penugasan persetujuan impor (PI) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag). Menurutnya beberapa importir berdalih karena tidak mendapatkan akses impor dari China karena merupakan importir baru. Selain itu, ada yang berdalih karena kenaikan harga bawang putih di negara tirai bambu itu. "Tapi kami cek harga sudah stabil dibawah US$ 1 per kg, jadi sebetulnya tidak ada alasan harga disana mahal," tegasnya.
Baca Juga: Konsumsi Bawang Putih Bisa Turunkan Kolesterol, Cek Manfaat Lain Bawang Putih Ini Untuk itu, KSP dalam waktu dekat akan menjadwalka pertemuan degan para importir. Selain membahas terkait realisasi, pihaknya juga akan membahas terkait distribusi bawang putih. Pasalnya, KSP juga menemukan disparitas harga bawang putih antar daerah masih tinggi. "Ini kami akan mengundang dan cek untuk mendengar dan mendesak mereka untuk realisasikan impornya," tutup Edy. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto