Realisasi investasi industri PMA capai US$11 miliar pada semester I 2011



JAKARTA. Realisasi investasi industri manufaktur di pos penanaman modal asing (PMA) selama semester I 2011 tercatat mencapai US$ 11,526 miliar. Angka itu melonjak 26,04% dari realisasi investasi pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar US$9,144 miliar. Realisasi investasi semester I 2011 sebesar US$11,526 miliar itu terdata dari 331 perusahaan yang berhasil mengantongi izin prinsip PMA. Total perusahaan yang telah melakukan pendaftaran penanaman modal (PPM) dan mengajukan izin prinsip (IP) sebanyak 605 perusahaan senilai US$16,151 miliar. “Tapi belum seluruhnya mengantongi izin prinsip, ujar Dirjen Kerja Sama Industri Internasional Kementerian Perindustrian Agus Tjahayana, Rabu (24/8).Agus menilai, realisasi investasi semester I 2011 mengalami perluasan sektor. Pada semester I 2010, industri logam, makanan minuman dan tembakau, mesin, kimia dasar, serta alat transportasi menduduki peringkat lima besar penyokong realisasi investasi. Sementara itu, pada semester I 2011, komposisi peringkat lima besar dipegang oleh industri hasil hutan dan perkebunan, makanan minuman dan tembakau, kimia hilir, tekstil, serta kimia dasar.Nilai investasi terbesar berasal dari industri hasil hutan dan perkebunan sebesar US$5,958 miliar, salah satunya berasal dari kontribusi PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk sekitar US$5,114 miliar. Diikuti kemudian industri makanan minuman dan tembakau sebesar US$2,810 miliar, salah satunya PT Cahaya Subur Indonesia senilai US$962,043 juta. Lalu, kelompok kimia hilir sebesar US$1,022 miliar dengan nilai investasi terbesar dari PT Hankook Tire Indonesia dari Korea Selatan senilai US$446 juta. Hal ini menurut Agus, mengindikasikan persepsi positif dari perusahaan PMA tentang iklim investasi Indonesia yang membaik. “Apalagi, pemerintah juga tengah menggiatkan investasi agar dapat mengimbangi porsi impor beberapa barang modal, konsumsi, dan bahan baku yang mencapai 68% dari total impor Indonesia,” katanya. Dia menambahkan, peluang investasi Indonesia belum maksimal karena masih besarnya impor beberapa produk. Hal tersebut seharusnya dapat dimanfaatkan untuk mempromosikan investasi ke negara-negara pengekspor komoditi yang dibutuhkan Indonesia untuk bisa berinvestasi di dalam negeri. "Terutama mesin dan peralatan, tekstil dan produk tekstil, serta besi baja," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Rizki Caturini