Realisasi investasi masih tertinggal negara tetangga, ini jawaban BKPM



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi penanaman modal di Indonesia selama tahun 2017 ini sebesar Rp 692,8 triliun dari target investasi sebesar Rp 678,8 triliun. Dengan jumlah tersebut, maka realisasi investasi pada tahun 2017 melampaui target.

Namun demikian, bila dilihat, pertumbuhan secara tahunannya terlihat stagnan. Berdasarkan catatan KONTAN, pada 2014, realisasi investasi berhasil tumbuh 17,7% dibandingkan tahun sebelumnya, tetapi pada 2015 pertumbuhan itu mengecil menjadi 12,3%.

Selanjutnya, pertumbuhan tersebut kembali naik tipis menjadi 13% di tahun 2016. Di tahun 2017, pertumbuhannya kembali 13% dibandingkan tahun sebelumnya.


Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong mengakui, masih ada hambatan yang selama ini membuat Indonesia tertinggal dibandingkan negara seperti Malaysia, Thailand, dan India dalam hal pertumbuhan investasi internasional.

“Indonesia masih kalah jauh dengan negara tetangga seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, dan bahkan India bisa mengalami pertumbuhan investasi internasional 20%, 30%, bahkan 50% dalam satu tahun. Ini jadi perhatian kami dan kami terus mendorong deregulasi, perbaikan iklim usaha dan investasi,” kata Thomas di kantornya, Selasa (30/1).

Dalam catatannya, perkembangan realisasi investasi PMA tahun 2017 dalam dollar AS terlihat membaik ketimbang tahun 2016 yang sempat menurun.

“Total PMA di 2015 US$ 29,3 miliar, 2016 US$ 28,9 miliar berarti turun di 2016 dibanding 2015. Syukur di 2017 tercatat US$ 32,1 miliar,” katanya.

Ia menyambung, hambatan utama yang selama ini membuat Indonesia tertinggal adalah permasalahan regulasi-regulasi yang tumpang tindih.

“Regulasi berubah-ubah, tumpang tindih, kontradiktif antara kementerian dan lembaga dan daerah,” ucapnya

Selain itu, hambatan lain yang menjadi catatan adalah persoalan pajak, tenaga kerja, hal-hal yang berkaitan dengan izin lahan, kurangnya ketersediaan infrastruktur, sampai dengan dominasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam proyek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto