KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi kinerja sejumlah lini bisnis PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS) masih menunjukkan sinyal positif, dengan menunjukkan capaian di atas target yang dipasang perseroan. Mengutip laporan tahunan PGAS tahun 2020, emiten pelat merah ini mencatatkan realisasi volume niaga sebesar 828
billion british thermal unit per day (BBTUD) atau 101,7% dari target 2020. PGAS juga mencatatkan realisasi pemrosesan
liquefied petroleum gas (LPG) sebesar 46.863,1 ton atau mencapai 306,6% dari target 2020. Realisasi ini disebabkan beroperasinya kembali LPG di Jawa Barat dan Jawa Timur.
Emiten yang juga dikenal dengan nama PGN ini mencatatkan realisasi transportasi minyak sebesar 3.677,6
million barrels of oil equivalent (MBOE) atau mencapai 115,9% dari target 2020.
Baca Juga: PGN (PGAS) berbalik merugi pada tahun lalu Pada 2020, konstituen Indeks Kompas100 ini juga berhasil menyelesaikan pembangunan jaringan gas bumi untuk rumah tangga (Jargas) sebanyak 135.045 sambungan rumah tangga dari target 127.864. Kemudian, realisasi
industry customer acquisition tercapai 85 pelanggan dari target 50 pelanggan, atau mencapai 170% dari target 2020. Hanya saja, terdapat sejumlah realisasi kinerja operasional yang tercapai di bawah target, karena dampak kondisi penurunan permintaan dan ekonomi global di masa pandemi. Misalkan, realisasi volume transmisi gas sebesar 1.255
Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) atau hanya 97,5% dari target 2020. Beberapa hal yang mempengaruhi realisasi volume transmisi gas di 2020 yaitu perubahan pola pengoperasian unit pembangkit di
mobile power plant (MPP) Paya Pasir karena optimasi beban listrik oleh PLN pada jaringan transmisi listrik Sumatra sehingga terjadi efisiensi pembangkitan yang mempengaruhi penurunan permintaan penyaluran MPP Paya Pasir.
Baca Juga: Sengketa pajak hingga penurunan aset tekan laba Perusahaan Gas Negara (PGAS) di 2020 Penurunan realisasi transmisi gas juga disebabkan PLN Indralaya berhenti beroperasi karena pemeliharaan serta penurunan penyerapan PLN Belawan karena optimalisasi pembangkit lain. Penurunan transmisi gas juga akibat belum stabilnya penyerapan Pupuk Kujang karena sempat terjadi
shutdown,serta belum optimalnya penyerapan gas oleh pupuk sriwijaya (PUSRI) karena adanya
unscheduled shutdown. Sedangkan realisasi lifting migas sebesar 7,47 million barrels (MBO), yang hanya mencapai 86% dari target 2020. Realisasi yang di bawah target ini dipengaruhi keterlambatan penyelesaian pengeboran sumur di Blok Ketapang, adanya curtailment yang menyebabkan
production rate menurun di Blok Muara Bakau, penurunan produksi Blok Fasken karena pembatalan pengeboran 10 sumur yang disebabkan rendahnya harga gas Henry Hub, serta Blok Muriah karena tertundanya start-up produksi yang semula diperkirakan berproduksi di 2020.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli