Realisasi kinerja pemerintah bisa sokong rupiah



JAKARTA. Penguatan rupiah yang terjadi sejak Kamis (18/6) diduga analis hanya bersifat sementara. Penguatan akan bisa bertahan lama jika perekonomian Indonesia mampu menunjukkan hasil yang lebih optimal, seiring dengan intervensi Bank Indonesia. Di pasar spot, Kamis (18/6) nilai tukar rupiah dihadapan USD menguat 0,30% ke level Rp 13.307 dibanding hari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir harga sudah tergerus sebesar 0,11% dan bahkan lebih buruknya sejak awal tahun 2015 (year to date), rupiah sudah melemah 6,07%. Tidak jauh berbeda dengan keadaan di kurs tengah Bank Indonesia, posisi rupiah Kamis (18/6) menguat tipis 0,19% ke level Rp 13.341 dibanding hari sebelumnya. Nilai rupiah dalam sepekan terakhir telah merosot 0,36% dan sejak awal tahun telah turun 6,95%. Walaupun di tengah perdagangan Jumat (19/6) rupiah kembali mendapatkan tekanannya. Di pasar spot rupiah turun 0,06% ke level Rp 13.315. Sedangkan di kurs tengah Bank Indonesia masih melanjutkan penguatannya sebesar 0,12% di level Rp 13.324. “Maka tidak hanya rupiah sebenarnya tapi hampir semua mata uang regional sedikit mendapat ruang kenaikan,” kata Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Aset Manajemen. Dugaan Lana, kenaikan ini bersifat sementara. “Nanti mendekati September 2015, ketika FOMC kembali bertemu, rupiah pasti akan tergerus lagi,” tambahnya. Menurut Lana rupiah akan terus fluktuatif jika hanya bergantung pada pergerakan eskternal terutama USD. “Perlu kekuatan dari domestik seperti realisasi kinerja pemerintah lebih nyata yang ditunjukkan lewat rilis data ekonomi kita yang membaik,” papar Lana. Hal ini menurut Lana bisa terjadi jika belanja infrastruktur pemerintah berbuah pada membaiknya ekonomi Indonesia. Karena sampai saat ini realisasi kinerja pemerintah dinilai masih minim. “Efeknya banyak dana asing ditarik ke luar dan beralih ke pasar berkembang lainnya seperti India,” kata Lana. Tentunya ini menekan posisi rupiah yang telah lebih dahulu tertekan oleh kekuatan USD. Pasalnya, jika hanya bergantung pada pergerakan eksternal posisi rupiah akan terus seperti saat ini. “Optimisme rupiah bisa kembali ke Rp 12.800 – Rp 13.200 di akhir 2015 jika komitmen dan kinerja pemerintah membaik dan dengan catatan digenjot dalam lima bulan terakhir ini ” jelas Lana. Menurut Lana sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk melakukan intervensi. “Memang nantinya diperlukan masih banyak intervensi jika melihat keadaan global yang menguntungkan USD,” katanya.

Lana menjelaskan bahwa masih banyak cara yang bisa dilakukan untuk mendapatkan tambahan dana cadangan devisa. “Misalnya dari ruang penambahan global bond sekitar 30% dari penerbitan surat utang negara,” solusi Lana. Selain itu pemerintah juga bisa melakukan pinjaman luar negeri dari penggunaan utang Bank Dunia dan beberapa negara yang terhubung secara bilateral dengan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Uji Agung Santosa