Realisasi kontrak baru emiten konstruksi baru Rp7T



JAKARTA. Sebelas bulan berlalu, namun pekerjaan rumah sejumlah emiten konstruksi BUMN masih berat. Pasalnya realisasi kontrak baru beberapa emiten konstruksi BUMN masih jauh dari target.

Hingga akhir November 2015, empat emiten konstruksi pelat merah baru berhasil mengantongi kontrak baru sekitar Rp 78,03 triliun atau 72,7% dari total target yang dipatok keempat emiten tersebut hingga akhir tahun sebesar Rp 107,3 triliun.

Pencapaian terbaik diperoleh PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dengan meraup kontrak baru Rp 27,9 triliun. Pencapaian ini setara dengan 93% dari target perseroan tahun ini yakni Rp 30 triliun. Perolehan ini masih didominasi proyek BUMN dengan kontribusi sebesar 60%, sedangkan proyek pemerintah dan swasta masing-masing menyumbang porsi 26% dan 14%.


PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) mengantongi kontrak baru sekitar Rp 20 triliun atau 74% dari target yang ditetapkan yakni sebesar Rp 27 triliun. Sementara PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI), baru berhasil mengantongi kontrak baru masing-masing Rp 19,03 triliun dan Rp 11,1 triliun. Realisasi target kontrak baru WIKA baru 60,15% dan ADHI baru Rp 59,3%.

Suradi Wongso, Sekretaris Perusahaan WIKA mengaku optimis perseroan bisa mencapai target kontrak baru yang ditetapkan Rp 31,6 triliun tahun ini. Pasalnya, perseroan tengah membidik kontrak baru dari proyek pembangkit listrik dan jalan tol Balikpapan-Samarinda di sisa satu bulan terakhir ini.

Senada, Ki Syahgolang, Sekretaris Perusahaan ADHI juga mengaku optimis bisa mencapai target kontrak baru tahun ini meski hingga November realisasinya baru 59,3%. "Karena sudah kita suda ada sekitar Rp856,9 miliar yang tinggal proses penetapan pemenang dan Rp1,9 triliun merupakan penawaran terendah." ungkap Syahgolang pada KONTAN, Selasa (1/12).

Selain itu, lanjut Syahgolang, ADHI juga membidik kontrak baru dari proyek kereta api ringan atau light rail transit (LRT). Dokumen teknis dan design proyek tersebut sudah dikerjakan perseroan selam tiga bulan terakhir ini dan akan segera diserahkan ke kementerian perhubungan pekan ini. Dia berharap penetapan kontrak dilakukan tahun ini.

Thendra Chrisnanda, Analis BNI Sekuritas mengatakan perolehan kontrak baru emiten konstruksi BUMN selama sebelas bulan pertama masih sesuai dengan konsensus meski tidak setinggi ekpektasi di awal tahun. "Ini karena realisasi proyek pemerintah agak lambat," ujarnya.

Thendra melihat prospek emiten konstruksi masih cukup positif hingga akhir tahun. Menurutnya, prospek terbaik ada pada WSKT, lalu disusul oleh PTPP, WIKA dan ADHI.

Pertimbangannya, WSKT mendapat Penyertaan Modal negara (PMN) terbesar tahun ini sehingga total ekuitasnya tumbuh signifikan menjadi Rp 8,4 triliun di akhir September 2015. " Dengan kenaikan ekuitas ini, WSKT bisa meningkatkan leverage utang sehingga peluang meraih proyek baru lebih besar," jelas Thendra.

Menurutnya, WSKT akan mudah mencapai target kontrak barunya tahun ini. PTPP juga diperkirakan masih berpeluang mencapai target di sisa satu bulan terakhir ini karena perolehan proyek baru perseroan baru cukup solid ditambah dengan kontribusi yang cukup bagus dari anak usahanya seperti PT PP Properti Tbk (PPRO).

Sementara perolehan WIKA dan ADHI hingga akhir tahun menurutnya akan lebih rendah dari target masing-masing emiten. Perkiraannya, sampai akhir tahun kedua emiten tersebut hanya bisa merealisasikan targetnya sekitar 85%.

Sementara tahun depan, Thendra melihat prospek emiten konstruksi jauh lebih baik dari tahun ini karena penyerapan anggaran akan lebih baik dibanding tahun ini dan pemerintah memberikan insentif penurunan PPh bagi Jasa Kontruksi.

Besaran penurunan PPh tersebut belum diumumkan kementerian keuangan. Namun menurut Thendra penurunan 1% saja akan berdampak besar pada kinerja emiten konstruksi. " Selama ini margin emiten konstruksi terutama BUMN hanya sekitar 4%-7%. Secara kasar, peningkatan margin 1% saja bisa meningkatkan laba bersih secara nilai sekitar 20%," jelas Thendra.

Kendati tahun depan diperkirakan jauh lebih positif, Thendra tetap mencermati saham WIKA secara khusus. Pasalnya, emiten ini akan fokus mengerjakan proyek High Speed Railways (HSR) Jakarta-Bandung. Dia bilang, perseroan akan sangat diuntungkan jika proyek tersebut sukses karena bisa mengembangkan proyek properti di kawasan proyek. Sebaliknya, jika gagal maka dampak negatifnya akan sangat besar bagi kinerja perseroan.

Akhir tahun ini, Thendra memperkirakan laba bersih rata-rata emiten konstruksi akan tumbuh 21,9% dan pendapatan rata-rata bisa tumbuh 30,79%. Namun, laba bersih meiten yang memperoleh PMN akan jauh lebih besar.

Thendra merekomendasikan buy untuk saham WSKT, PTPP dan ADHI dengan target harga masing-masing Rp 2.180, Rp 4.420 dan Rp 2.645. Sementara saham WIKA direkomedasikan hold dengan target harga Rp 3.180. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto