JAKARTA. Program alat pengalih bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) atau konverter kit sulit berjalan untuk mobil pribadi. Sebab, hingga kini tidak ada perbedaan harga yang cukup jauh antara BBG dan BBM subsidi.Saat ini harga BBG sebesar Rp 4.100 per lsp (liter setara premium) dan BBM subsidi sebesar Rp 4.500 per liter. Alhasil, pemilik mobil pribadi tetap memilih memakai BBM subsidi ketimbang beralih ke BBG.Menteri Perindustrian MS Hidayat bilang mestinya antara harga BBG dan BBM subsidi harus ada disparitas harga 50% sampai 60%. "Itu otomatis orang pindah," ujar Hidayat di sela-sela acara Musrenbangnas, Kamis (26/4).Makanya, tahun ini fokus pemasangan konverter kit pada mobil angkutan umum mobil pelat merah milik pemerintah dan BUMN. Pasalnya, biaya pengadaan dan pemasangan mengalir dari kocek pemerintah.Sedangkan pemasangan konverter kit pada mobil pribadi menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. "Kalau untuk privat kami mengharapkan bisa sukarela dan harus menunggu gap disparitas harga besar," imbuh Hidayat.Dia menambahkan, pemerintah mengimpor 10% atau 25.000 konverter kit dari total rencana kebutuhan sebanyak 250.000 unit. Sedangkan sisanya mengandalkan kemampuan BUMN dan perusahaan swasta lokal.Menurutnya, Kementerian Perindustrian sedang menggodok aturan pelaksanaan pengadaan konverter kit ini. Hidayat bilang, dia sedang menanti keputusan Menteri Koordinator Perekonomian tentang proses pengadaan lewat tender atau penunjukan langsung.Anggaran untuk program konverter kit baru tersedia sekitar Rp 400 miliar. Dana sebanyak ini untuk membiayai program konverter kit bagi angkutan umum dan mobil pelat merah. Adapun total kebutuhan anggaran untuk program BBG mencapai Rp 2 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Realisasi konverter kit untuk mobil pribadi sulit
JAKARTA. Program alat pengalih bahan bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) atau konverter kit sulit berjalan untuk mobil pribadi. Sebab, hingga kini tidak ada perbedaan harga yang cukup jauh antara BBG dan BBM subsidi.Saat ini harga BBG sebesar Rp 4.100 per lsp (liter setara premium) dan BBM subsidi sebesar Rp 4.500 per liter. Alhasil, pemilik mobil pribadi tetap memilih memakai BBM subsidi ketimbang beralih ke BBG.Menteri Perindustrian MS Hidayat bilang mestinya antara harga BBG dan BBM subsidi harus ada disparitas harga 50% sampai 60%. "Itu otomatis orang pindah," ujar Hidayat di sela-sela acara Musrenbangnas, Kamis (26/4).Makanya, tahun ini fokus pemasangan konverter kit pada mobil angkutan umum mobil pelat merah milik pemerintah dan BUMN. Pasalnya, biaya pengadaan dan pemasangan mengalir dari kocek pemerintah.Sedangkan pemasangan konverter kit pada mobil pribadi menyesuaikan dengan kondisi di lapangan. "Kalau untuk privat kami mengharapkan bisa sukarela dan harus menunggu gap disparitas harga besar," imbuh Hidayat.Dia menambahkan, pemerintah mengimpor 10% atau 25.000 konverter kit dari total rencana kebutuhan sebanyak 250.000 unit. Sedangkan sisanya mengandalkan kemampuan BUMN dan perusahaan swasta lokal.Menurutnya, Kementerian Perindustrian sedang menggodok aturan pelaksanaan pengadaan konverter kit ini. Hidayat bilang, dia sedang menanti keputusan Menteri Koordinator Perekonomian tentang proses pengadaan lewat tender atau penunjukan langsung.Anggaran untuk program konverter kit baru tersedia sekitar Rp 400 miliar. Dana sebanyak ini untuk membiayai program konverter kit bagi angkutan umum dan mobil pelat merah. Adapun total kebutuhan anggaran untuk program BBG mencapai Rp 2 triliun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News