JAKARTA. Di kuartal pertama tahun 2015 ini, perusahaan pembiayaan (multifinance) PT Buana Finance Tbk alias Buana Finance berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 600 miliar. Meskipun tak berhasil mencapai target awal sebesar Rp 745 miliar pada triwulan pertama, penyaluran itu masih tumbuh 3,8% (yoy) ketimbang raihan tahun sebelumnya Rp 578 miliar. "Sekitar 80% dari total budget Rp 745 miliar," ujar Direktur Buana Finance, Herman Lesmana kepada KONTAN, Jumat (24/4). Dari raihan per Maret 2015, berarti emiten berkode BBLD ini telah mewujudkan 20% dari target pembiayaan tahun ini yang dipatok Rp 3 triliun. Pembiayaan sewa guna usaha (leasing) masih menempati porsi terbesar dari penyaluran kredit perseroan yakni sekitar 73,16% atau senilai Rp 439 miliar di kuartal I 2015. Sedangkan sisanya berasal dari pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR), pembiayaan konsumen, konstruksi, serta mesin dan manufaktur. Sayangnya, Herman enggan menuturkan secara gamblang komposisi dari keempat lini pembiayaan tersebut. "Kecil sekali nilai dan volumenya," imbuh Herman. Yang jelas, ia optimistis pembiayaan kuartal kedua Buana Finance dapat lebih baik. Hal itu dapat terdorong apabila proyek pemerintah yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat mulai terealisasikan.
Realisasi kredit Buana Finance tak capai target
JAKARTA. Di kuartal pertama tahun 2015 ini, perusahaan pembiayaan (multifinance) PT Buana Finance Tbk alias Buana Finance berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp 600 miliar. Meskipun tak berhasil mencapai target awal sebesar Rp 745 miliar pada triwulan pertama, penyaluran itu masih tumbuh 3,8% (yoy) ketimbang raihan tahun sebelumnya Rp 578 miliar. "Sekitar 80% dari total budget Rp 745 miliar," ujar Direktur Buana Finance, Herman Lesmana kepada KONTAN, Jumat (24/4). Dari raihan per Maret 2015, berarti emiten berkode BBLD ini telah mewujudkan 20% dari target pembiayaan tahun ini yang dipatok Rp 3 triliun. Pembiayaan sewa guna usaha (leasing) masih menempati porsi terbesar dari penyaluran kredit perseroan yakni sekitar 73,16% atau senilai Rp 439 miliar di kuartal I 2015. Sedangkan sisanya berasal dari pembiayaan kredit pemilikan rumah (KPR), pembiayaan konsumen, konstruksi, serta mesin dan manufaktur. Sayangnya, Herman enggan menuturkan secara gamblang komposisi dari keempat lini pembiayaan tersebut. "Kecil sekali nilai dan volumenya," imbuh Herman. Yang jelas, ia optimistis pembiayaan kuartal kedua Buana Finance dapat lebih baik. Hal itu dapat terdorong apabila proyek pemerintah yang menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dapat mulai terealisasikan.