Realisasi lifting minyak masih jauh dari target



JAKARTA. Di tengah harga minyak yang masih tinggi, produksi minyak mentah (lifting) yang tidak mencapai target akan menjadi beban berat bagi anggaran negara. Melesetnya lifting minyak itu akan menguras potensi pendapatan pemerintah hingga triliunan rupiah.

Menteri Keuangan Agus D.W. Martowardojo mengatakan, pada tiga bulan pertama tahun ini, lifting minyak hanya mencapai rata-rata 895.000 barel per hari (bph). Ini sangat jauh di bawah target lifting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2011 sebesar 970.000 barel per hari.

Agus memperkirakan lifting rata-rata tahun ini akan berada di kisaran 950.000 bph. "Tentu Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral dan BP Migas akan tetap berupaya mencapai lifting 970.000 bph tahun ini," ujarnya kemarin.


Jika lifting hanya mencapai 950.000 bph, maka target lifting meleset 20.000 barel per hari. Lebih jauh lagi, artinya ada penerimaan negara yang hilang. "Secara rata-rata per hari, apabila produksi meleset 5.000 barel di bawah target, maka potensi kehilangan penerimaan sekitar Rp 1 triliun,” ungkap Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro. Dengan kata lain, kas negara berpotensi menyusut Rp 4 triliun.

Namun menurut Agus, potensi kehilangan penerimaan negara dari produksi minyak mentah tersebut akan dikompensasi dengan pertumbuhan lifting gas dan kondensat. Berdasarkan hitungannya, apabila ketiganya dijumlah akan menunjukkan peningkatan. “Lifting minyak saja yang sepertinya tidak sesuai harapan,” katanya.

Di luar itu, sampai sekarang pemerintah belum mengungkapkan langkah antisipasi lain menghadapi gejolak harga minyak setelah batalnya rencana pembatasan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. “Kami masih melakukan analisis berapa tambahan subsidi BBM yang akan diberikan," kata Agus.

Simulasi ini sudah sampai pada dampaknya terhadap APBN, terutama dampaknya ke defisit anggaran dan alternatif pembiayaan yang harus dilakukan.

Kinerja BP Migas

Walau berat untuk mencapai target di tahun ini, Menteri Perekonomian Hatta Rajasa memproyeksikan angka yang hampir sama untuk target lifting tahun depan, yakni sekitar 960.000-970.000 bph. “Kami juga harus realistis karena saya lihat 10 tahun ini produksi kita tidak pernah meningkat selalu menurun,” terangnya.

Namun, ia berharap di 2013 produksi minyak bisa mencapai 1 juta bph. Ia optimistis produksi akan meningkat dengan adanya cadangan-cadangan minyak baru.

Anggota Komisi VII DPR Romahurmuzy tidak yakin target yang pemerintah tetapkan pada tahun depan itu bisa tercapai. ”Tahun lalu saja lifting hanya mencapai 954.000 bph, karena tambang minyak di Indonesia sudah tidak memadai. Blok yang banyak dimanfaatkan sekarang adalah Cepu. Itu saja hanya mampu menghasilkan 5.000 bph,” ungkapnya.

Ia memperkirakan, target yang mungkin dicapai pada tahun depan hanya sekitar 940.000-950.000 bph. “Dengan catatan, pemerintah dapat memaksimalkan ladang minyak yang ada dan tidak ada penutupan,” kata Romahurmuzy.

Ia juga menyoroti pa yang terjadi dalam manajemen Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas). Pada pertengahan April lalu, dua pejabat BP Migas yakni Kepala Pengembangan Laut Dalam BP Migas Iwan Rinaldi Soedigdo dan Deputi Pengendali Operasi Budi Indianto mengundurkan diri terkait dengan melesetnya target lifting. "Persoalan internal ini akan menambah ketidakpastian target lifting minyak. BP Migas harus membenahi masalah ini," tegasnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini