KONTAN.CO.ID – JAKARTA.
Realisasi pembayaran Subsidi dan Kompensasi Energi diperkirakan di bawah target yang disediakan pemerintah yakni Rp 339,6 triliun. Berdasarkan hitungan Kontan, diperkirakan realisasi subsidi dan kompensasi energi hanya akan sebesar Rp 336,1 triliun, atau turun tipis 1,03% dari target. Perhitungan tersebut berdasarkan data realisasi pembayaran subsidi dan kompensasi energi yang tercatat sudah mencapai Rp 251,3 triliun hingga November 2023, ditambah perkiraan pembayaran yang akan diselesaikan pemerintah pada 2 pekan terakhir di tahun 2023 ini.
Baca Juga: Transisi Ekonomi Hijau Diproyeksi Untungkan Ekonomi Nasional Hingga Rp 4.376 Triliun Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Isa Rachmatawarta menyampaikan, setidaknya pihaknya akan melakukan pembayaran kurang lebih Rp 85 triliun di paruh kedua Desember 2023. “Pembayaran subsidi dan kompensasi yang kira-kira mencapai lebih dari Rp 85 triliun di paruh kedua Desember. Ini menjadi bagian belanja besar yang terjadi di akhir tahun,” tutur Isa dalam Konferensi Pers APBN KITA, Jumat (15/12) lalu. Sehingga, jika dijumlahkan dari realisasi pembayaran subsidi dan kompensasi energi hingga November 2023 yang mencapai Rp 251,3 triliun, kemudian perkiraan pembayaran kompensasi dan energi di akhir tahun Rp 85 triliun, maka total realisasi hingga akhir tahun ini hanya akan mencapai Rp 336,1 triliun. Isa pun menyampaikan, perkiraan realisasi subsidi dan kompensasi energi hingga saat ini masih ada didalam kerangka yang sudah disusun dalam APBN 2023. “Bahkan kalau kita sedikit bedakan teknikal, subsidinya lebih rendah walaupun memang kompensasinya lebih tinggi, tapi keseluruhan masih sesuai kerangka Perpres 75/2023,” ungkapnya. Ia juga terus berupaya mencegah agar volume subsidi yang sudah dirancang tidak melebihi kuota yang ditentukan. Misalnya saja terkait solar. Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) sempat menuturkan, pihaknya memperkirakan penyaluran BBM Solar Subsidi bertambah 1 juta kilo liter (kl) dari kuota yang ditetapkan tahun ini sebesar 17 juta kl. Isa mengaku pihaknya sudah mengadakan rapat terkait hal tersebut bersama 3 Kementerian. Kesimpulannya, Pertamina dan berbagai pihak yang bertanggung jawab untuk pengendalian ini termasuk BPH Hilir Migas diminta untuk terus melakukan upaya terbaik untuk mengendalikan kuota ini agar bisa dipenuhi.
Baca Juga: Terbitkan Aturan Formula Harga Dasar Baru, Begini Dampak Bagi Besaran Subsidi Solar Melihat lebih rinci, menurunnya realisasi pembayaran subsidi dan kompensasi ini sejalan dengan Indonesian Crude Price (ICP) yang menurun. Mengutip
Buku APBN KITA Edisi Desember 2023, realisasi belanja subsidi energi hingga November 2023 terutama bersumber dari subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquified Petroleum Gas (LPG) Tabung 3 Kg yang mencapai Rp 78,20 triliun. Realisasi subsidi BBM dan LPG Tabung 3 kg ini tercatat menurun 23,64%
year on year (YoY). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan ICP rata-rata sebesar 20,47% (YoY) selama periode Januari-November 2023. Meski begitu, apabila dilihat dari sisi volume, konsumsi jenis BBM tertentu (JBT) dan LPG 3 Kg justru meningkat. Total volume konsumsi JBT (minyak tanah, solar, dan biosolar) hingga Oktober 2023 meningkat 1,46 persen (yoy) dan untuk volume konsumsi LPG 3 Kg naik 3,72% (YoY). Sementara itu, realisasi subsidi listrik mencapai Rp 56,17 triliun atau 77,39% dari pagu atau naik 22,81% (YoY). Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika 2,92% (YoY). Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .