Realisasi Pembiayaan Utang Turun Jadi Rp 345 Triliun, Ini Kata Sri Mulyani



KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Keuangan melaporkan, realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang sudah mencapai Rp 345 triliun hingga 12 Desember 2023. Realisasi ini sudah mencapai 81,9% dari pagu yang ada dalam Perpres 75/2023 yang sebesar 421,2 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mencatat, realisasi pembiayaan utang ini juga menurun 36,6% jika dibandingkan realisasi periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 544,4 triliun.

“Pembiayaan utang ini dibandingkan tahun lalu ini penurunan yang sangat tajam,” tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Jumat (15/12).


Untuk diketahui, menurutnya realisasi pembiayaan utang ini sejalan dengan upaya pemerintah menurunkan penerbitan utang. Dalam Perpres 75/2023, pemerintah menurunkan target pembiayaan utang dari Rp 696,3 triliun dalam APBN 2023, menjadi Rp 421,2 triliun.

Baca Juga: Defisit APBN 2023 Melebar, Begini Penjelasan Sri Mulyani

Penurunan pembiayaan utang ini secara keseluruhan ada pada penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) neto yakni dari Rp 712,9 dalam APBN 2023, menjadi Rp 437,8 triliun dalam Perpres 75/2023. Sementara itu, target pinjaman neto tetap sama yakni Rp 16,6 triliun.

Sri Mulyani merinci, realisasi penerbitan SBN sudah mencapai Rp 298,6 triliun atau mencapai 68,2% dari Perpres 75/2023. Sementara itu, realisasi pinjaman sudah melebihi target yakni Rp 46,4 triliun atau 279,2% dari pagu Rp 16,6 triliun.

Bendahara keuangan negara ini menyampaikan, penurunan penerbitan SBN ini menggambarkan beberapa hal. Di antaranya, kondisi APBN dalam keadaan sehat lantaran defisit APBN jauh lebih rendah dari rancangan awal atau tahun lalu.

“Tren dari defisit yang menurun, konsolidasi fiskal  itu tetap terjaga dan kuat. Ini karena penerimaan negara yang kuat dan belanja tetap terjaga dengan baik,” jelasnya.

Faktor lain, pengelolaan pembiayaan yang menurun dari target ini, karena pemerintah menggunakan sebagian Saldo Anggaran Lebih (SAL) sebagai langkah antisipasi volatilitas pasar keuangan di 2023.

Penurunan pembiayaan melalui SBN ini juga lanjutnya,  sangat penting sebab tahun ini kondisi inflasi dan suku bunga global masih sangat tinggi.

Baca Juga: Utang Luar Negeri Indonesia Turun pada Oktober 2023, Ini Penyebabnya

“Ini adalah strategi yang tepat dan ampuh dalam menghadapi dunia, yang mana suku bunga naik drastis, ekstrim. Kita bisa melindungi APBN dan melindungi keseluruhan postur kita karena sudah menggunakan SAL dan defisitnya mengalami penurunan yang sangat tajam,” tambahnya.

Untuk diketahui, hingga 12 Desember 2023, APBN mencatatkan defisit sebesar Rp 35 triliun, atau setara 0,17% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Sri Mulyani mengatakan, nilai tersebut masih jauh lebih rendah dibandingkan target pemerintah sebesar 2,84% terhadap PDB. Defisit tersebut juga lebih rendah dari target yang tertuang dalam Perpres 75/2023 sebesar 2,27% terhadap PDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari