JAKARTA. Meski berbagai upaya sudah dilakukan pemerintah, realisasi penerimaan dan belanja negera sepanjang tahun lalu akhirnya tidak mencapai target. Penyebabnya adalah kinerja kementerian dan lembaga terkait dalam penyerapan anggaran yang tidak optimal. Penerimaan negara tahun 2012 juga tekor akibat krisis ekonomi global. Menteri Keuangan, Agus Martowardojo mengakui, pelemahan pertumbuhan ekonomi terutama di Amerika Serikat dan Eropa membuat target penerimaan negara meleset. "Realisasi penerimaan negara 2,5% di bawah target," ungkapnya, akhir pekan lalu. Dalam anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBNP) tahun 2012, pemerintah menetapkan target pendapatan negara dan hibah sebesar Rp 1.358,2 triliun. Rinciannya, penerimaan dalam negeri sebesar Rp 1.357,4 triliun dan hibah sebesar Rp 800 miliar.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemkeu) Bambang Brodjonegoro menambahkan, salah satu penyebab tidak tercapainya target penerimaan negara adalah penurunan penerimaan pajak. Menurut Bambang, efek krisis global adalah kinerja banyak perusahaan yang berorientasi ekspor turun. "Akibatnya, setoran pajak penghasilan (PPh) non-migas menjadi terganggu," jelasnya. Di sisi lain, prestasi penyerapan belanja negara ternyata belum memuaskan. Agus memperkirakan, realisasi belanja negara tahun 2012 sebesar 4,4% lebih rendah ketimbang target APBNP 2012. Maksudnya, realisasi belanja negara tahun lalu hanya akan ada di kisaran 95,6% dari target APBNP 2012 yang sebesar Rp 1.548,3 triliun. Belanja modal turunMantan bos Bank Mandiri itu memaparkan, realisasi belanja yang makin memburuk terlihat pada belanja kementerian dan lembaga (K/L) yang diprediksi hanya akan mencapai 87,5%. Angka ini 2,5% lebih rendah dari rata-rata realisasi belanja K/L tahun-tahun sebelumnya yang mencapai 90% dari target. Padahal, dalam APBNP 2012, pemerintah mengalokasikan belanja K/L sebesar Rp 547,9 triliun. Sedangkan, untuk belanja modal, Agus bilang, realisasinya hingga akhir tahun 2012 hanya sekitar 78% dari target APBNP 2012 yang sebesar Rp 168,7 triliun. Agus mengakui, rendahnya pencapaian realisasi belanja tahun 2012 umumnya disebabkan kekurangsiapan lembaga pemerintah dalam merealisasikan anggaran, sehingga pencairan anggaran menjadi lebih lambat.
Namun, faktor lain yang membuat penyerapan anggaran kian rendah adalah ada beberapa pos belanja yang memang tidak direalisasikan. Beberapa pos anggaran itu di antaranya, anggaran dana bantuan langsung sementara tunai (BLSM) sebesar Rp 30,6 triliun. Semula, anggaran ini akan dikucurkan sebagai kompensasi atas rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi tahun 2012. Berhubung pemerintah batal menaikkan harga BBM bersubsidi, anggaran kompensasi ini pun batal dicairkan. Bambang menambahkan, realisasi penyerapan belanja yang tidak optimal pada akhirnya bakal berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Semula, pemerintah berharap laju perekonomian nasional bisa tumbuh sebesar 6,5% di tahun 2012. Nyatanya, sampai akhir tahun, pemerintah memperkirakan realisasinya hanya tercapai sekitar 6,3%. Boleh jadi, karena sebagian belanja pemerintah tidak bisa direalisasikan, sehingga berpengaruh pada tingkat pertumbuhan secara keseluruhan. "Meski turunnya hanya 0,1%-0,2%, tapi itu sangat berguna," imbuh Bambang. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dadan M. Ramdan