Realisasi penyerapan pinjaman proyek masih minim



JAKARTA. Nafsu besar pemerintah dalam mencari utang untuk mendanai proyek dan pembangunan belum diimbangi dengan perbaikan kinerja pemanfaatan utang. Salah satunya, bisa dilihat dari kinerja pemanfaatan utang untuk proyek, sepanjang kuartal II-2016 lalu.

Berdasarkan laporan kinerja pelaksanaan pinjaman dan hibah luar negeri sampai triwulan II tahun 2016 yang dikeluarkan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) baru-baru ini, tingkat serapan pinjaman baru mencapai 33,3% atau US$ 935,2 juta. Padahal, sepanjang tahun pemerintah bisa menargetkan bisa menyerap pinjaman sebesar US$ 2,806 miliar.

Bukan hanya itu, sejumlah proyek yang direncanakan didanai pinjaman, sampai saat ini belum bisa dilaksanakan sehingga penyerapan pinjaman masih nol. Ambil contoh, proyek pengolahan air limbah di Batam. Saat ini proyek tersebut masih menunggu persetujuan penetapan pemenang paket konstruksi dari kepala BP Batam.


Selain itu, proyek lain yang penyerapan pinjamannya masih nol antara lain; pembangunan sistem pengolahan limbah Jakarta yang dijalankan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dan Pembangunan jaringan kereta listrik Padalarang- Cicalengka. Lambannya penyerapan pinjaman tersebut disebabkan oleh perubahan desain detail teknik proyek.

Hal itu menyebabkan terjadinya penundaan pelaksanaan proyek. Permasalahan kedua, lambannya proses pengadaan barang dan jasa, pengadaan lahan dan proses perizinan.

Kennedy Simanjutak, Deputi Pembiayaan Pembangunan Bappenas mengatakan, selain masalah tersebut, ganjalan juga datang dari persiapan proyek. "Itu sudah masalah kita dari dulu," katanya di Jakarta Senin (5/12).

Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas sementara itu mengatakan, walau masih seret pihaknya yakin serapan tersebut sampai akhir tahun ini bisa tembus 100%. "Mungkin ada yang belum jalan, tapi akan diusahakan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia