KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi setoran penerimaan negara bukan pajak (PNBP) hingga akhir tahun ini bisa jadi melebihi target yang ditetapkan. Sebab baru lima bulan berjalan atau sampai akhir Mei 2018, realisasi PNBP telah mencapai lebih dari setengah pagu yang ditargetkan dalam Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) 2018. Realisasi penerimaan PNBP yang lebih tinggi pada tahun ini didorong oleh kenaikan harga minyak mentah, batubara, dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, realisasi PNBP hingga akhir Mei 2018 sebesar Rp 145 triliun atau 52,7% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang sebesar Rp 275 triliun. Jumlah itu tumbuh sebesar 18,66%
year on year (yoy). Pada akhir Mei tahun lalu, realisasi PNBP hanya sebesar Rp 122,2 triliun.
Direktur Jenderal (Dirjen) Anggaran Kemkeu Askolani mengatakan, realisasi PNBP yang lebih tinggi dipengaruhi oleh kenaikan harga minyak mentah Indonesia atau
Indonesia crude price (ICP) dan juga harga batubara. "Ada juga pengaruh pelemahan nilai tukar rupiah," kata Askolani kepada Kontan.co.id, Minggu (10/6). Rata-rata ICP tahun ini memang lebih tinggi dari tahun lalu. Pada Mei 2018 berdasarkan perhitungan formula ICP yang dirilis Tim Harga Minyak Indonesia, rata-rata ICP mencapai US$ 72,46 per barel, naik US$ 5,03 per barel dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 67,43 per barel. Begitu juga dengan harga acuan batubara (HBA). Pada Mei 2018, HBA ditetapkan sebesar US$ 89,53 per ton, turun US$ 5,22 dari HBA April 2018 sebesar US$ 94,75 per ton. Namun, harga HBA pada Mei 2018 lebih tinggi dari Mei 2017 hanya US$ 83,81 per ton. Selain itu kurs rupiah juga cenderung melemah sejak Februari 2018 hingga Mei tahun ini. Bahkan pada Mei kemarin, rupiah sempat menyentuh level level terendah yaitu Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan analisis sensitivitas perubahan asumsi makro APBN 2018, pelemahan rupiah sebesar Rp 100 per dollar AS dari asumsi makro Rp 13.400 per dollar AS akan menambah PNBP sebesar Rp 1,7 triliun-Rp 2,5 triliun. Dengan rata-rata kurs rupiah dari awal tahun hingga 8 Juni 2018 menurut Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) BI adalah Rp 13.721,88, maka rupiah sudah melemah lebih dari Rp 300 per dollar AS. Tambahan PNBP dari pelemahan rupiah mencapai Rp 5,1 triliun–Rp 7,5 triliun. Sedangkan setiap kenaikan ICP sebesar US$ 1 per barel, menambah PNBP Rp 2,7 triliun–Rp 3,2 triliun. ICP di APBN 2018 ditetapkan US$ 48 per barel, sehingga ada selisih lebih dari US$ 30 per barel. Mariatul Aini, Direktur Penerimaan Negara Bukan Pajak Direktorat Jenderal (Ditjen) Anggaran Kemkeu, mengatakan, realisasi PNBP sumber daya alam (SDA) migas dan nonmigas masih mencatat kenaikan yang cukup tinggi.
Untuk PNBP migas, realisasi hingga akhir Mei 2018 mencapai Rp 50,6 tiliun atau tumbuh 43,75% yoy. "Realisasinya telah mencapai 62,98% dari target (dalam APBN 2018) Rp 80,3 triliun," kata Aini kepada Kontan.co.id, Jumat (8/6). Sementara itu, realisasi PNBP untuk sektor SDA nonmigas sampai akhir bulan lalu mencapai Rp 14,25 triliun, tumbuh 31,94% yoy. Sama halnya dengan PNBP SDA migas, jumlah itu telah mencapai 61% dari yang ditargetkan sebesar Rp 23,3 triliun. Realisasi PNBP hingga akhir tahun berpotensi melampaui target dalam APBN 2018 yang sebesar Rp 275 triliun. Hitungan Kemkeu, jika rata-rata ICP 2018 mencapai US$ 70 per barel dan rata-rata kurs rupiah mencapai Rp 13.800, realisasi PNBP diperkirakan akan mencapai Rp 352,8 triliun di akhir tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi