Realisasi serap garam rakyat oleh industri masih minim



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi serap garam rakyat oleh industri menurut Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia masih minim.

Ketua Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia Tony Tanduk menyatakan untuk saat ini, realisasi serap garam rakyat baru mencapai 10% atau setara 100.000 ton. "Semoga bisa segera optimal," kata Tony kepada Kontan.co.id, Senin (30/7).

Menanggapi hal tersebut, Ketua Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia Jakfar Sodikin menimpali realisasi serap industri masih belum seberapa.


"Penyerapan tidak seberapa, hanya PT Susanti Megah yang penyerapannya agak banyak kemaren, sedangkan yang lain ada yang belum beli dan kalau beli pun sangat kecil sedikit," kata Jakfar. Dalam catatannya, PT Susanti Megah telah menyerap garam rakyat dengan volume 15.000 ton.

Padahal, pada April 2018 lalu, sepuluh perusahaan pengolah garam berkomitmen untuk menyerap garam yang dihasilkan petambak lokal.

Komitmen itu dikukuhkan lewat penandatanganan nota kesepahaman antara perusahaan pengolah garam dengan petambak garam yang digelar di kantor Kementerian Perindustrian.

Adapun pihak industri kerap beralasan serapan minim karena kualitas garam rakyat tidak memenuhi standar NaCl 97% yang mereka butuhkan.

Tapi Jakfar menimpali pihak pengusaha dan industri tidak adil dalam menerapkan parameter kualitas garam. Pasalnya, itu merupakan alasan yang sudah berulang disampaikan dan pemerintah cenderung abai dalam pengembangan garam rakyat.

"Parahnya pemerintah membenarkan pengusaha tersebut tanpa berbuat untuk meningkat kualitas produksi dari petani garam," tambah Jakfar. Padahal sejak tahun 2013, kualitas garam rakyat telah membaik berkat aplikasi teknologi geomembran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto