Realisasi subsidi BBM sudah hampir habis



JAKARTA. Realisasi belanja subsidi bahan bakar minyak (BBM) sudah melebihi separuh dari pagu anggaran per 23 September lalu. Nilainya sudah mencapai sebesar Rp 83,8 triliun atau 64,6% dari pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2011.Jika dibandingkan dengan periode yang sama 2010 lalu, realisasi subsidi BBM tahun ini jauh lebih tinggi. Catatan saja, tahun lalu, realisasi subsidi mencapai sebesar Rp 42,6 triliun atau 47,9% dari pagu anggaran APBN 2010. "Kami khawatir volume subsidi BBM bisa melewati kuota yang sudah ditetapkan," ujar Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Bambang Brodjonegoro, Kamis (29/9).Catatan saja, pemerintah telah menetapkan volume subsidi BBM sebesar 40,4 juta kiloliter pada tahun ini. Kuota ini lebih besar ketimbang alokasi volume BBM di APBN 2010 yang sebesar 38,6 juta kiloliter. Kendati demikian, pemerintah belum berniat menaikkan harga BBM subsidi. Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan, pemerintah lebih memilih pengendalian distribusi BBM subsidi. "Kami harapkan adalah peranan dari daerah untuk ikut menjaga agar BBM bersubsidi ini tepat sasaran dan tidak digunakan secara salah," jelasnya Kamis (29/9).Realisasi subsidi listrikRealisasi subsidi listrik juga sudah hampir separuh dari pagu APBNP 2011 hingga 23 September mendatang. Nilainya mencapai Rp 30,1 triliun atau mencapai 45,9% dari pagu APBNP 2011. Pada periode yang sama tahun lalu realisasi subsidi listrik sebesar Rp 30,7 triliun atau 55,6%.Pemerintah berniat mengerem subsidi listrik ini dengan menggunakan gas untuk menghemat biaya produksi listrik. Dia mengatakan, langkah penghematan ini sudah disusun oleh PLN.Jika melihat realisasi subsidi secara keseluruhan, Bambang bilang hingga 23 September 2011 realisasi belanja subsidi tercatat sebesar Rp 129,8 triliun (54,7%) dari pagu APBNP 2011. Jumlah ini lebih tinggi ketimbang realisasi belanja subsidi para periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 87,5 triliun (43,5%) dari pagu APBNP 2010. "Belanja subsidi lebih tinggi dari tahun lalu terutama dipengaruhi lebih tingginya harga minyak mentah Indonesia (ICP) dan volume konsumsi," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Edy Can