Realokasi Alat Likuid Jadi Cara Perbankan Tingkatkan Kucuran Kredit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam upaya menjaga likuiditas, realokasi alat likuid menjadi langkah perbankan dalam penyaluran kredit. Terlebih, ini terjadi saat pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami perlambatan.

Data Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan DPK perbankan per Oktober 2024 hanya tumbuh 6% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 8.460,6 triliun. Pada bulan sebelumnya, DPK perbankan masih mampu tumbuh 6,7% YoY.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo pada pekan lalu. Perry bilang pertumbuhan kredit 10,9% pada Oktober 2024 didukung adanya realokasi alat likuid yang dilakukan perbankan.


“Kredit yang bisa tumbuh ini dikarenakan berlanjutnya realokasi alat likuid yang mulai digunakan bank untuk menyalurkan kredit,” ujar Perry, Rabu (20/11).

Baca Juga: Pertumbuhan Simpanan DPK Perbankan Semakin Melambat

Adapun, realokasi alat likuid paling banyak dilakukan di pos penempatan dana di BI. Maklum, ini terbantu dengan adanya insentif likuiditas makroprudensial yang diberikan oleh bank sentral.

Ambil contoh, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang mencatat dana yang ditempatkan di Bank Indonesia berkurang signifikan per Oktober 2024. Penurunannya mencapai 36,02% YoY menjadi Rp 66,29 triliun.

Di periode yang sama, penurunan juga terjadi pada penempatan dana milik BCA berupa tagihan reverse repo yang juga turun. Penurunannya sekitar 89,24% YoY menjadi Rp 12,18 triliun.

Di sisi lain, penempatan pada surat berharga tercatat masih naik. Nilainya dari Oktober 2023 senilai Rp 311,78 triliun menjadi Rp 384,85 triliun di Oktober 2024.

EVP Corporate and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn bilang penempatan maupun realokasi dana dari surat berharga menjadi bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan. Ia bilang tujuannya adalah mendapatkan imbal hasil yang optimal.

“Kami juga senantiasa mengelola likuiditas secara pruden serta menerapkan manajemen risiko,” ujarnya, Jumat (22/11).

Hera menambahkan BCA sendiri kini lebih mengandalkan dana giro dan tabungan (CASA) sebagai sumber utama pendanaan kredit. Hal ini dilakukan untuk mengoptimalkan imbal hasil yang diperoleh dari penyaluran kredit.

Terlebih, saat ini, BCA memiliki likuiditas yang memadai untuk mendorong pertumbuhan kredit. Loan to Deposit Ratio (LDR) BCA berada di posisi 75,1% pada sembilan bulan pertama tahun 2024.

Baca Juga: Pelaksanaan Hapus Tagih Kredit Macet UMKM Dinilai Perlu Aturan Turunan

Senada, Corporate Secretary PT Bank Mandiri Teuku Ali Usman mengungkapkan dalam menjalankan fungsi utama bank sebagai lembaga intermediasi, pertumbuhan DPK Bank Mandiri menjadi yang utama dalam menopang ekspansi kredit bank.

Ia bilang bank berlogo pita emas ini memiliki ekses likuiditas di instrumen treasury yang juga dapat membantu kebutuhan likuiditas baik untuk ekspansi bisnis maupun kegiatan operasional Bank.

Mengutip laporan keuangan per September 2024, Bank Mandiri juga mengalami penurunan untuk penempatan dana di BI. Penurunannya sekitar 7,48% YoY menjadi Rp 94,1 triliun.

“Ke depannya, Bank Mandiri yakin bahwa DPK akan tetap menjadi sumber utama dalam menopang pertumbuhan kredit,” ujar Ali.

Presiden Komisaris Bank Permata Chartsiri Sophonpanich menambahkan saat ini bank milik Bangkok Bank ini posisi likuiditas yang baik dan sekaligus memiliki bantalan terhadap volatilitas di pasar.

Ia bilang pihaknya juga mengambil pendekatan yang bijaksana dengan cara itu untuk bank. Di mana, pendekatan yang lebih konservatif untuk memberikan kehati-hatian untuk manajemen likuiditas.

“Saya pikir untuk manajemen likuiditas, yang paling penting adalah stabilitas sisi pendanaan dan juga mencari jenis pendanaan yang terdiversifikasi,” ujarnya.

Selanjutnya: Asuransi Jiwa MSIG Life Catatkan Hasil Investasi Rp 607 Miliar pada Oktober 2024

Menarik Dibaca: 9 Tahun Olymplast, Pameran Serentak di 37 Kota Hadirkan Furnitur Plastik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih