JAKARTA. Pelaku reasuransi nasional harus bekerja keras untuk memenangkan persaingan bisnis. Maklum, tak hanya dengan pemain lokal, mereka juga harus bersaing dengan pemain reasuransi asing, seperti dari Singapura, London, dan Hong Kong. "Mereka mencari account bisnis yang besar dan bagus," ujar Robby Loho, Presiden Direktur PT Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein). Mengutip data Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam LK), perolehan premi bruto industri asuransi umum sepanjang 2009 lalu mencapai Rp 27,20 triliun. Dari jumlah itu, yang direasuransikan hanya 56%. "Dari persentase itu, sebagian besar, yakni 80%, direasuransikan di luar negeri. Sisanya, dikelola oleh perusahaan reasuransi lokal," kata Robby. Kapasitas reasuransi nasional yang masih mini menjadi penyebab. Tengok saja ekuitas masing-masing perusahaan reasuransi yang ada di Indonesia. Nilai modal mereka masing-masing tidak sampai Rp 500 miliar.
Reasuransi Lokal Masih Tertinggal
JAKARTA. Pelaku reasuransi nasional harus bekerja keras untuk memenangkan persaingan bisnis. Maklum, tak hanya dengan pemain lokal, mereka juga harus bersaing dengan pemain reasuransi asing, seperti dari Singapura, London, dan Hong Kong. "Mereka mencari account bisnis yang besar dan bagus," ujar Robby Loho, Presiden Direktur PT Maskapai Reasuransi Indonesia (Marein). Mengutip data Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam LK), perolehan premi bruto industri asuransi umum sepanjang 2009 lalu mencapai Rp 27,20 triliun. Dari jumlah itu, yang direasuransikan hanya 56%. "Dari persentase itu, sebagian besar, yakni 80%, direasuransikan di luar negeri. Sisanya, dikelola oleh perusahaan reasuransi lokal," kata Robby. Kapasitas reasuransi nasional yang masih mini menjadi penyebab. Tengok saja ekuitas masing-masing perusahaan reasuransi yang ada di Indonesia. Nilai modal mereka masing-masing tidak sampai Rp 500 miliar.