Rebound Bitcoin Tersendat, Masih Kuat Menanjak atau Rawan Jatuh?

Rebound Bitcoin Tersendat, Masih Kuat Menanjak atau Rawan Jatuh?


MOMSMONEY.ID - Pasar aset kripto menguat dalam sepekan terakhir. Kripto terpopuler, Bitcoin (BTC) yang sempat melemah di level US$ 75.000, telah kembali ke level US$ 85.000.

Namun, sejak akhir pekan lalu (12/4), harga BTC berfluktuasi di area tersebut.

Mengutip coinmarketcap.com, hingga Selasa (15/4) pukul 15.37 WIB, Bitcoin diperdagangkan seharga US$ 85.866. Kripto pemegang market cap paling jumbo ini naik 1,6% dalam 24 jam terakhir.


Sejumlah sentimen positif seperti pelonggaran kebijakan tarif AS khususnya terhadap negara-negara yang tak memberlakukan kenaikan tarif balasan, dan data inflasi CPI Maret yang lebih baik dari ekspektasi, belum mampu mendorong reli lanjutan. 

Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, mengatakan, kendati penguatan tersendat, sentimen-sentimen positif tersebut berhasil membuat Bitcoin bertahan di level harga saat ini di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi.

Nah, ke mana arah pergerakan Bitcoin selanjutnya?

Baca Juga: Bitcoin Kembali ke Level $82.000, Intip Cara Beli Aset Kripto bagi Pemula

Fahmi memperkirakan, Bitcoin kemungkinan masih akan mencoba untuk menembus garis tren sideways, yang apabila terjadi berpotensi memicu kenaikan lanjutan ke level US$ 95.000. Tetapi, potensi penurunan dari level yang ada saat ini hingga menyentuh area US$ 74.000 juga cukup terbuka.

Data penjualan ritel AS yang akan dirilis pada 16 April ini menjadi salah satu variabel yang akan diantisipasi oleh para investor. Data yang akan mencerminkan tingkat kepercayaan diri konsumen di AS di tengah perkembangan kebijakan ekonomi dan outlook ke depan, dapat memberikan gambaran terhadap risiko resesi dan inflasi yang membayangi ekonomi saat ini.

Fahmi menambahkan, update data money supply M2 pada 22 April ini juga akan menjadi variabel yang menarik untuk diperhatikan investor. Data M2 bulan Februari yang dirilis 25 Maret lalu berada di angka US$ 21.671 miliar, yang merupakan salah satu angka tertingginya sepanjang masa.

"Berlanjutnya peningkatan suplai uang beredar dapat mendorong pertumbuhan aset-aset berisiko ketika situasi dirasa telah lebih kondusif,” beber Fahmi dalam siaran pers, Selasa (15/4).

Dalam kondisi pasar saat ini, Fahmi menghimbau investor tidak terlalu khawatir dengan prospek pasar kripto ke depan. Sebab beberapa indikator menyatakan potensi yang ada masih cukup solid, bahkan potensi kembali terjadinya reli besar juga cukup terbuka.

Baca Juga: Harga Bitcoin Diprediksi Masih Mampu Tembus US$1,8 Juta Meski Peminat Berkurang

Hanya saja, semakin besar ukuran pasar kripto saat ini, tentu memberikan tantangan lebih bagi para investor, khususnya yang baru memulai investasi. Untuk itu, investor perlu memantau perkembangan pasar terkini.

Selain itu, strategi seperti dollar cost averaging (DCA) atau mengakumulasi aset secara bertahap setiap periode tertentu, seperti misalnya sebulan sekali, dapat menjadi opsi yang cukup menarik bagi investor pemula.

Selanjutnya: KPK Geledah Kantor KONI Jawa Timur Terkait Kasus Dana Hibah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini