Rebound, harga CPO masih rawan turun lagi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga crude palm oil (CPO) atau minyak sawit mentah terpantau menguat pada penutupan perdagangan Jumat (20/3). Berdasar Bursa Malaysia, harga CPO dengan kontrak pengiriman April 2020 naik 2,86% ke RM 2.388 per metrik ton dibandingkan dengan harga hari sebelumnya.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono menilai, rebound CPO terjadi karena harga yang telah mendekati historical low. Sehingga wajar apabila harga kemudian naik. Tren menurunnya harga CPO belakangan ini disebabkan oleh pandemi virus corona di berbagai negara. Imbasnya, aktivitas produksi CPO turut terhenti.

Kendati mengalami penguatan, Wahyu mengatakan harga CPO masih terancam terus melemah. Sebab, pandemi virus corona masih menjadi sentimen global. Meski di China telah berangsur membaik, negara di luar China justru mengalami hal sebaliknya. “Sehingga potensi untuk kembali melemah juga kemungkinan akan kembali terjadi,” kata Wahyu.


Baca Juga: Harga minyak mentah turun, Pertamina tetap komitmen jalankan program B30

Setali tiga uang, Direktur Utama PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai tantangan CPO ke depan masih akan dibayangi oleh perkembangan virus corona. Malaysia sebagai negara penghasil minyak CPO terbesar setelah Indonesia saat ini sedang fokus melakukan pencegahan virus corona. Bahkan, Malaysia telah melakukan isolasi seluruh wilayahnya alias lockdown sejak Rabu hingga akhir Maret.

Aktivitas perkebunan kelapa sawit juga tak luput dari pemberlakuan lockdown itu. Imbasnya, produksi untuk minyak CPO pun ikut turun. Pasokan kelapa sawit pun diprediksi akan mengalami penurunan hingga 350.000 metrik ton–700.000 metrik ton di bulan Maret.

Dilansir dari Reuters, pada Rabu (18/3) pemerintah Malaysia dikabarkan akan menginstruksikan agar perkebunan kelapa sawit kembali beroperasi.

Baca Juga: Produsen biofuel masih menghitung efek anjloknya harga minyak ke program B30

Ibrahim mengatakan China diperkirakan akan fokus mengimpor CPO pada April mendatang. Kondisi China yang mulai berangsur membaik dapat berpengaruh terhadap permintaan CPO. Sementara nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat akan meningkatkan harga kedelai. “Sehingga China pun berpotensi untuk beralih impor minyak CPO ketimbang minyak kedelai,” kata Ibrahim.

Di samping itu, seandainya harga CPO mencapai level RM 2.000 per ton akan memicu India untuk impor. Ibrahim bilang, India saat ini sedang menunggu harga CPO untuk terus turun hingga menyentuh level terendah.

Sebagai informasi, India telah membatasi impor CPO dari Malaysia sejak Januari 2020. Pembatasan itu dipicu oleh Perdana Menteri Mahathir Mohammad yang mengkritik kebijakan New Delhi dalam memperlakukan umat muslim.

Baca Juga: Stok aman, masyarakat tidak perlu khawatir kehabisan persediaan minyak goreng

Wahyu memprediksi harga CPO ke depan masih akan terus tertekan selama virus corona masih terus menyebar. Wahyu menghitung harga CPO di semester I berada di kisaran RM 2.000 per metrik ton–RM 2.500 per metrik ton dan di akhir tahun dapat mencapai RM 2.400 per metrik ton.

Sementara, Ibrahim melihat harga CPO di semester I akan cenderung stagnan. Ibrahim menghitung harga CPO di semester I berada di kisaran RM 1.900 per metrik ton–RM 2.400 per metrik ton. Sedang, untuk akhir tahun berada di kisaran RM 2.700 per metrik ton yang kemungkinan akan dipengaruhi oleh wacana Indonesia yang terus menggalangkan B20, B30, dan B50.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati