JAKARTA. Pasca berakhirnya pertemuan OPEC dan negara produsen minyak lainnya seperti Rusia yang tidak memberi sinyal positif akan ada pemangkasan produksi minyak global, harga minyak terus terkikis. Penguatan tipis harga pun dinilai rentan koreksi. Mengutip Bloomberg, Senin (26/10) pukul 14.54 WIB harga minyak kontrak pengiriman Desember 2015 di New York Mercantile Exchange merangkak naik 0,15% ke level US$ 44,67 per barel. Begitu pun harga ini sudah tergerus 4,59% dalam sepekan terakhir. Suluh Adil Wicaksono, Analis PT Millenium Penata Futures menjelaskan penguatan ini sedikit terdorong dari sinyal positif penurunan suku bunga pinjaman dan simpanan China masing-masing 25 basis poin pada Jumat (23/10) lalu.
Genjotan ini dinilai sebagai indikasi akan upaya pemerintah dan People's Bank of China untuk memperbaiki kinerja ekonomi negeri tirai bambu. “Namun ini tidak akan cukup kuat menopang, permasalahan fundamental minyak terlampau negatif,” kata Suluh. Sebabnya, memang hingga kini produksi di pasar global banjir. Stok melimpah tersebut tidak hanya datang dari Amerika Serikat tapi juga OPEC dan segera ditambah dari Iran. Apalagi teranyar, “OPEC jelas tidak akan memangkas produksinya paling tidak di tahun 2016 ini,” analisa Suluh.